Menyelam di Pulau Mansinam di Kabupaten Manokwari, ibu kota Papua Barat |
Adakah tempat menyelam yang lebih indah dari Raja Ampat di Papua Barat?
Oh...masih banyak, jangan khawatir, masih ada puluhan. Provinsi ini
menyiapkan lahan mahaluas untuk dinikmati keindahannya. Sebut misalnya,
Kaimana atau Taman Nasional Teluk Cendrawasih (TNTC).
Namun kalau Anda seorang pencinta laut atau penyelam, Papua Barat juga memberikan hidangan alam bawah laut yang aduhai menggiurkan. Satu di antaranya Pulau Mansinam di Kabupaten Manokwari, ibu kota Papua Barat.
Bila dibandingkan dengan Raja Ampat, pulau ini hanya kalah pamor di pemberitaan media massa. Namun jika disetarakan soal keindahan bawah lautnya, Pulau Mansinam tak kalah menarik.
Mari kita tengok keunggulan pulau seluas 410 hektare yang terletak di Teluk Doreh ini. Untuk menuju ke pulau ini, setelah pelancong turun dari pesawat di Bandar Udara Rendani yang berjarak enam kilometer dari Kota Manokwari, wisatawan dapat menyewa perahu tradisional atau long boat dengan bayaran Rp 15 ribu dari Pantai Kwawi.
Ketika tiba di Pulau Mansinam, turis domestik maupun mancanegara pertama kali bakal melihat Gereja Pengharapan (Krek der Hopen), dipercaya sebagai tempat peribadatan umat Kristiani tertua di Papua. Gereja ini didirikan pada 5 Februari 1855 oleh pengabar Injil asal Jerman, C.W. Ottow dan Johann Gottlob Geissler saat menginjakkan kakinya di Pulau Mansinam.
Bagi penyuka laut, Pulau Mansinam sangat pas. Betapa tidak, kendati pelancong tak memiliki keterampilan diving (menyelam), boleh mencoba menikmati alam bawah laut dengan cara snorkling alias berenang di atas permukaan laut menggunakan masker, snorkel, dan fin (kaki katak). Tetapi kalau belum puas dan Anda memiliki sertifikat menyelam, silakan selami keelokan Pulau Mansinam.
Di sini, saat divers menyelam akan bertemu dengan aneka ikan laut warna-warni, kuda laut loncat-loncat, dan beragam jenis terumbu karang. Semua pemandangan elok itu bisa dilihat di kedalaman hanya lima meter dari permukaan laut.
Tak cukup? Di Pulau Mansinam tersedia pula shipwreck alias bangkai kapal laut yang diyakini oleh penduduk setempat milik tentara Jepang yang ditembak jatuh oleh pasukan sekutu pada Perang Dunia II. Shipwreck biasanya menjadi obyek menyelam paling menarik bagi para penyelam.
"Bangkai kapal ini milik Jepang yang jatuh pada Perang Dunia II," kata Mulyadi, seorang penyelam di Manokwari yang sekaligus menjadi buddy Tempo ketika menyelam di pulau ini, Juni lalu.
Seluruh badan bangkai kapal yang karam di kedalaman 20 meter ini sudah tak utuh lagi, kendati bentuk kapal masih jelas. Beberapa bagian terkoyak entah karena tembakan senjata pasukan sekutu atau sebab lain. Tapi yang jelas, shipwreck ini telah ditumbuhi aneka tanaman laut dan terumbu karang. Saat Tempo mencoba menyelam dan mengelilingi sekujur tubuh kapal, aduh.....indah sekali. "Aneka ikan warna-warni bermain di terumbu karang yang tumbuh di atas dek kapal."
Hayuukkk…., luangkan waktu untuk bermain-main dan menyelam di Pulau Mansinam. Anda tak perlu repot-repot bawa perlengkapan diving. Kantor Taman Nasional Teluk Cendrawasih dan PMI Manokwari siap membantu menyediakan semua peralatan yang dibutuhkan sekaligus menjadi pemandu. Bila tak cukup, Tempo siap menemani Anda menyelam.
Namun kalau Anda seorang pencinta laut atau penyelam, Papua Barat juga memberikan hidangan alam bawah laut yang aduhai menggiurkan. Satu di antaranya Pulau Mansinam di Kabupaten Manokwari, ibu kota Papua Barat.
Bila dibandingkan dengan Raja Ampat, pulau ini hanya kalah pamor di pemberitaan media massa. Namun jika disetarakan soal keindahan bawah lautnya, Pulau Mansinam tak kalah menarik.
Mari kita tengok keunggulan pulau seluas 410 hektare yang terletak di Teluk Doreh ini. Untuk menuju ke pulau ini, setelah pelancong turun dari pesawat di Bandar Udara Rendani yang berjarak enam kilometer dari Kota Manokwari, wisatawan dapat menyewa perahu tradisional atau long boat dengan bayaran Rp 15 ribu dari Pantai Kwawi.
Ketika tiba di Pulau Mansinam, turis domestik maupun mancanegara pertama kali bakal melihat Gereja Pengharapan (Krek der Hopen), dipercaya sebagai tempat peribadatan umat Kristiani tertua di Papua. Gereja ini didirikan pada 5 Februari 1855 oleh pengabar Injil asal Jerman, C.W. Ottow dan Johann Gottlob Geissler saat menginjakkan kakinya di Pulau Mansinam.
Bagi penyuka laut, Pulau Mansinam sangat pas. Betapa tidak, kendati pelancong tak memiliki keterampilan diving (menyelam), boleh mencoba menikmati alam bawah laut dengan cara snorkling alias berenang di atas permukaan laut menggunakan masker, snorkel, dan fin (kaki katak). Tetapi kalau belum puas dan Anda memiliki sertifikat menyelam, silakan selami keelokan Pulau Mansinam.
Di sini, saat divers menyelam akan bertemu dengan aneka ikan laut warna-warni, kuda laut loncat-loncat, dan beragam jenis terumbu karang. Semua pemandangan elok itu bisa dilihat di kedalaman hanya lima meter dari permukaan laut.
Tak cukup? Di Pulau Mansinam tersedia pula shipwreck alias bangkai kapal laut yang diyakini oleh penduduk setempat milik tentara Jepang yang ditembak jatuh oleh pasukan sekutu pada Perang Dunia II. Shipwreck biasanya menjadi obyek menyelam paling menarik bagi para penyelam.
"Bangkai kapal ini milik Jepang yang jatuh pada Perang Dunia II," kata Mulyadi, seorang penyelam di Manokwari yang sekaligus menjadi buddy Tempo ketika menyelam di pulau ini, Juni lalu.
Seluruh badan bangkai kapal yang karam di kedalaman 20 meter ini sudah tak utuh lagi, kendati bentuk kapal masih jelas. Beberapa bagian terkoyak entah karena tembakan senjata pasukan sekutu atau sebab lain. Tapi yang jelas, shipwreck ini telah ditumbuhi aneka tanaman laut dan terumbu karang. Saat Tempo mencoba menyelam dan mengelilingi sekujur tubuh kapal, aduh.....indah sekali. "Aneka ikan warna-warni bermain di terumbu karang yang tumbuh di atas dek kapal."
Hayuukkk…., luangkan waktu untuk bermain-main dan menyelam di Pulau Mansinam. Anda tak perlu repot-repot bawa perlengkapan diving. Kantor Taman Nasional Teluk Cendrawasih dan PMI Manokwari siap membantu menyediakan semua peralatan yang dibutuhkan sekaligus menjadi pemandu. Bila tak cukup, Tempo siap menemani Anda menyelam.
0 comments:
Post a Comment