Lima tahun silam kondisi laut Teluk Buyat dan Teluk Ratatotok di Sulawesi Utara, menurut penggiat lingkungan, rusak parah akibat pembuangan limbah tambang (tailing) yang sembrono oleh PT Newmont Minahasa Raya (MNR).
Bahkan sejak 1986-2003 MNR didakwa sebagai penghancur keanekaragaman hayati kehidupan laut di Teluk Buyat karena pencemaran arsen. Karena itu para penggiat lingkungan dan pemerintah meminta perusahaan tambang emas ini bertanggung jawab, antara lain dengan mengembalikan lingkungan laut yang asri seperti sediakala.
Sangkaan itu tak lama kemudian mendapatkan sambutan dari MNR. Adalah Jerry Kojansow, Environmental Manager PT MNR, bergerak cepat. Bersama sejumlah rekannya dia mengambil langkah seribu dengan cara menanam 3.000 reefball (bola karang) di sekitar Teluk Buyat dan Teluk Ratatotok.
“Reefball itu saya tanam bersama para penyelam pada 2000. Hasilnya bisa dilihat sekarang, berbagai jenis ikan hias ataupun ikan tangkapan nelayan kembali ke Teluk,” ujar pria bertubuh tambun ini kepada Tempo, pekan lalu.
Menurut dia, para nelayan sekarang ini tak perlu mencari ikan hingga bermil-mil laut karena hampir semua ikan yang mereka butuhkan ada di sekitar Teluk Buyat dan Teluk Ratatotok.
Pengakuan Jeko, sapaan laki-laki yang menyelam sejak mahasiswa, memang bukanlah isapan jempol. Ketika Jeko menemani Tempo dan wartawan lainnya yang tergabung ke dalam komunitas Journalist-Divers (JD) menyelam bersama di beberapa dive spot, tampak indahnya beragam karang tumbuh di reefball.
“Karang-karang ini tumbuh luar biasa, berbagai ikan hias bermain-main di sini, antara lain clownfish atau ikan badut,” kata Yudhi, salah seorang juru kamera televisi swasta di Jakarta.
Tempo menyaksikan berbagai biota laut hidup di kedalaman 20 meter antara lain sejenis kelinci laut (nudribranch), bintang laut (star fish), karang tangkai (acropora), kipas laut (sea fan), anemon, soft coral, table coral, ikan karang, damsel fish, sweet lips fish, bat fish, serta gerombolan ikan (schooling fish) jenis pelagic kecil seperti ekor ikan ekor kuning.
Indira Dian Saraswati, wartawan National Geographic Kids Indonesia, mengaku kepada Tempo bahwa dia tak menyangka pemandangan bawah lautnya secantik yang dia selami. Semula, menurut gadis yang biasa dipanggil Indi itu, Teluk Buyat benar-benar tercemar dan tak ada kehidupan bawah laut sama sekali. “Ternyata setelah menyelam di Teluk Buyat, alam bawah lautnya cantik dan bagus, biota yang ada tak seseru yang saya bayangkan,” ujar Indi.
Bagi para penyelam, Sulawesi Utara tak sekadar menyuguhkan pemandang bawah laut Molas (shipwreck), Bunaken (reefwall), dan Lembeh. Teluk Buyat dan Teluk Ratatotok juga menyiapkan suguhan laut aduhai. Untuk menuju ke sini, kawasan di Minahasa Selatan berjarak 250 kilometer dari Manado, bisa ditempuh dengan perjalanan darat selama tiga jam. Jika para penyelam ingin tiba di sini melalui Lembeh, perlu waktu tempuh tiga jam dengan kapal.
Hampir tiap akhir pekan Teluk Buyat dan Ratatotok didatangi penyelam asing, rata-rata berjumlah 10 orang. Mereka umumnya sudah mulai mencari dive spot yang tak terlalu ramai didatangi penyelam. Nah, Teluk Buyat, menurut mereka, menjadi salah satu pilihan karena di kawasan ini setidaknya terdapat 24 dive spot yang indah, antara lain di Pulau Putus-putus, Pulau Racun, dan Pulau Tulang. Jadi, kapan Anda menyelam ke sana?
TEMPO.CO
0 comments:
Post a Comment