Para pedagang kaos di kawasan Malioboro panen rezeki pada liburan akhir
tahun ini. Di hari biasa, rata-rata per hari hanya 300 kaus yang
terjual. Tapi kini pedagang grosir di kawasan itu kewalahan. Dalam satu
hari saja bisa 1.000 kaos terjual dari satu pedagang.
“Kaos yang harganya di bawah Rp 15 ribu sangat laku untuk oleh-oleh wisatawan,” kata Lukmono, salah satu pedagang kaus di Jalan Kauman, Rabu, 28 Desember 2011.
Ia menyatakan, jenis kaos yang laku adalah kaos yang bermotifkan gambar khas Yogyakarta dan kaos yang berdesain trendi. Segmen pembelinya pun berbeda-beda, tergantung jenis kaosnya.
Kaos yang bergambar dan bertuliskan kata-kata Yogyakarta biasanya diminati oleh semua kalangan untuk dipakai atau dijadikan oleh-oleh. Sedangkan kaos yang desainnya trendi disasar para wisatawan kalangan muda.
Para pedagang penjual kaos secara grosir banyak didatangi oleh pengecer yang langsung menawarkan kaus ke wisatawan. Para penjual kaus itu biasanya disebut buser atau buru sergap. Sebab, mereka langsung menawarkan kaus kepada pembeli di tempat-tempat parkir, tempat wisata, dan di sekitar Benteng Vredeburg (ujung Malioboro).
“Pada November lalu sepi wisatawan. Sekaranglah saatnya para pedagang itu mendapatkan rezeki,” kata dia.
Salah satu ikon kaos di Yogyakarta adalah Dagadu yang memang sudah banyak dikenal oleh para wisatawan. Produsen kaos dengan gambar dan kata-kata unik itu mengaku omzet penjualannya naik 30 persen saat liburan seperti ini. Bahkan, di akhir pekan penjualan naik mencapai 60 persen.
“Untuk melayani para pembeli, kami sediakan gerai-gerai yang nyaman untuk dikunjungi wisatawan,” kata Marketing Communication PT Aseli Dagadu Djokdja Junno Mahesa.
Gerai Dagadu saat ini ada beberapa yang disediakan, yaitu Posyandu (Pos Pelayanan Dagadu) di Mal Malioboro, UGD (Unit Gawat Dagadu) di Pakuningratan, DPRD (Djawatan Plajanan Resmi Dagadu) di Ambarukmo Plaza, dan Posyandu II di Jalan Pekapalan (Alun-alun Utara).
“Kaos yang harganya di bawah Rp 15 ribu sangat laku untuk oleh-oleh wisatawan,” kata Lukmono, salah satu pedagang kaus di Jalan Kauman, Rabu, 28 Desember 2011.
Ia menyatakan, jenis kaos yang laku adalah kaos yang bermotifkan gambar khas Yogyakarta dan kaos yang berdesain trendi. Segmen pembelinya pun berbeda-beda, tergantung jenis kaosnya.
Kaos yang bergambar dan bertuliskan kata-kata Yogyakarta biasanya diminati oleh semua kalangan untuk dipakai atau dijadikan oleh-oleh. Sedangkan kaos yang desainnya trendi disasar para wisatawan kalangan muda.
Para pedagang penjual kaos secara grosir banyak didatangi oleh pengecer yang langsung menawarkan kaus ke wisatawan. Para penjual kaus itu biasanya disebut buser atau buru sergap. Sebab, mereka langsung menawarkan kaus kepada pembeli di tempat-tempat parkir, tempat wisata, dan di sekitar Benteng Vredeburg (ujung Malioboro).
“Pada November lalu sepi wisatawan. Sekaranglah saatnya para pedagang itu mendapatkan rezeki,” kata dia.
Salah satu ikon kaos di Yogyakarta adalah Dagadu yang memang sudah banyak dikenal oleh para wisatawan. Produsen kaos dengan gambar dan kata-kata unik itu mengaku omzet penjualannya naik 30 persen saat liburan seperti ini. Bahkan, di akhir pekan penjualan naik mencapai 60 persen.
“Untuk melayani para pembeli, kami sediakan gerai-gerai yang nyaman untuk dikunjungi wisatawan,” kata Marketing Communication PT Aseli Dagadu Djokdja Junno Mahesa.
Gerai Dagadu saat ini ada beberapa yang disediakan, yaitu Posyandu (Pos Pelayanan Dagadu) di Mal Malioboro, UGD (Unit Gawat Dagadu) di Pakuningratan, DPRD (Djawatan Plajanan Resmi Dagadu) di Ambarukmo Plaza, dan Posyandu II di Jalan Pekapalan (Alun-alun Utara).
0 comments:
Post a Comment