Wisata di Daerah Sumatera Utara

Keindahan Alam Sumatera Utara sangat cocok dinikmati untuk menghilangkan penat agar pikiran kembali rileks untuk bekerja

Konten Informasi

Kamu bisa mendapat informasi yang tidak kamu duga pernah ada

Wisata Mancaneggara

Disini kamu dapat menemukan lokasi wisata menyenangkan jika kamu berniat ke mancanegara

Lokasi Wisata Indonesia Bagian Tengah

Pelajari terlebih dahulu lokasi yang akan kamu datangi jika kamu hendak berwisata di Indonesia Bagian Tengah

Tips dan Berita seputar Tujuan Wisata

Kamu dapat menemukan Tips dan Trik seputar wisata serta berita yang berhubungan dengan wisata

Custom Search

Monday, February 13, 2012

Bagaimana Menjangkau 5 Pantai Tersembunyi di Bali?

Bali tidak hanya punya Pantai Kuta atau Sanur. Pulau Dewata itu juga punya deretan pantai lainnya yang belum terjamah banyak turis. Ingin tahu pantai apa saja yang tersembunyi itu, ini dia jawabannya.

1. Pantai Balangan
Berbeda dengan Dreamland yang dikuasai resor, Pantai Balangan diramaikan dengan warung milik warga sekitar yang menyajikan mi instan dan bir lokal. Untuk penginapan, Balangan menyediakan pondokan murah tanpa pendingin ruangan.

Bentangan pasir putih dengan deru ombak yang tidak terlalu deras membuat Balangan cocok bagi peselancar pemula. Apalagi Balangan menyediakan sekolah selancar dengan sejumlah instruktur yang akan mendampingi Anda bermain di atas ombak.

Bagi Anda yang tidak berani berselancar, bisa menghabiskan waktu dengan membangun istana pasir atau bermalas-malasan di atas kasur gantung. Namun Anda harus menyediakan alas kaki bila ingin menyusuri karang. Sebab dasar karang yang tajam dan berlumut membuatnya licin dan berbahaya.

Untuk sampai ke sana, Anda bisa melewati jalur Ngurah Rai menuju Nusa Dua. Kemudian arahkan kendaraan ke Uluwatu, lalu belok kanan. Setelah 10 menit, Anda akan menemukan petunjuk arah menuju Balangan.




2. Pantai Geger
Untuk para pencari sinar matahari yang ingin berjemur, pantai ini sangat cocok. Dengan menyewa kursi geladak seharga Rp 20 ribu, Anda bisa berjemur seharian. Bahkan Anda diizinkan membuka pakaian bagian atas alias topless.

Di Pantai Geger, Anda akan menemukan air berwarna hijau-biru yang berkilauan. Ombak yang tenang dan bergulir lembut juga menggoda untuk berenang.

Dan jika Anda menyukai olahraga, pasir tebal serta lembut yang telah dikeraskan bisa menjadi lapangan bola voli pantai. Di jam tertentu, Anda juga bisa melihat petani rumput laut memanen tumbuhan itu.

Meski tersedia restoran lokal, tidak sedikit pedagang yang menjajakan penganan di pantai dengan harga bersahabat dan bisa ditawar.

Lokasi Pantai Geger yang hanya lima menit dari lapangan golf Nusa Dua, di samping St Regis Nusa Dua Resor, membuatnya mudah dikunjungi.



3. Pantai Bias Tunggal
Dikenal juga dengan sebutan Pantai Kecil, tempat ini relatif sepi pengunjung. Kecuali bagi mereka para penjelajah alam.

Pantai Bias Tunggal berada dekat Pantai Bai. Untuk mencapainya, Anda harus menyusuri jalan berbatu sejauh 500 meter. Dan saat Anda sampai ke sana, air berwarna biru kehijauan dengan lambaian pohon kelapa akan menyambut.

Di sana pun Anda bisa menyaksikan lalu lintas perahu di Padang Bai yang akan atau dari Lombok serta Kepulauan Gili. Untuk mencapainya, Anda harus pergi ke terminal feri Padang Bai. Dari sana, jalan ke arah timur, melewati bukit, hingga menemukan sebuah teluk.

Yogyakarta Kota Wisata Spa

Sebagai daerah tujuan wisata, Yogyakarta melengkapi pernik pariwisata dengan fasilitas spa. Sedikitnya sudah ada 100 penyedia jasa spa untuk relaksasi bagi yang ingin mencari suasana santai dan memanjakan tubuh.

Memanjakan tubuh di tempat-tempat yang menyediakan fasilitas salon dengan spa diperlukan untuk relaksasi. Spa terapi pun bisa menambah tubuh semakin sehat. Hotel-hotel kelas bintang di Daerah Istimewa Yogyakarta rata-rata sudah menyediakan fasilitas spa bagi para tamu atau konsumen.

"Kami mengampanyekan Yogyakarta sebagai kota wisata spa karena sumber daya alam, manusia dan fasilitas ada," kata M Tazbir Abdullah, Kepala Dinas Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta, Jumat, 13 Januari 2012.

Ia menyatakan, wisata Yogyakarta tidak hanya terbatas dengan Malioboro, Keraton, Candi Prambanan, Borobudur, wisata pantai maupun gunung. Tetapi ada potensi lain yang bisa menambah pernik kelengkapan dunia wisata. Salah satunya adalah fasilitas spa. Karena orang berwisata atau yang sudah lelah bekerja bisa menikmati suasana relaks dan sehat di tempat-tempat spa.

Ia mengaku sudah berembuk dan bekerja sama dengan Asosiasi Pengusaha Spa Daerah Istimewa Yogyakarta dan Asosiasi Spa Terapis Daerah Istimewa Yogyakarta untuk mencanangkan dan memajukan pariwisata dengan fasilitas spa.

Untuk ramuan-ramuan terapi spa, kata dia juga sangat tersedia. Baik dari jamu-jamuan dan rempah yang bisa diolah untuk ramuan terapi spa bagi tubuh. Para pemilik fasilitas spa juga diminta profesional dalam pengelolaannya. Sehingga spa layak dijual kepada masyarakat untuk menikmati layanan-layanan yang disediakan.

"Spa itu kan bukan didapat dari impor, tetapi nenek moyang kita dulu juga melakukan spa dengan ramuan tradisional," kata Tazbir.

Tidak hanya sekadar berpromosi, pihaknya juga bekerja sama dengan asosiasi spa untuk meningkatkan kualitas fasilitas dan terapisnya. Para terapis harus bersertifikat, standar ramuan spa yang tidak merusak kulit, keamanan dan kenyamanan tempat spa dan lain-lain.

Menurut Anny Wulan, Ketua Asosiasi Spa Terapi Daerah Istimewa Yogyakarta, ada banyak macam layanan spa yang disediakan oleh para pengusaha. Dari pijat atau massage tradisional hingga spa bayi dan spa bagi yang akan menyelenggarakan pernikahan (spa pra nikah).

Layanan itu antara lain daily spa seperti lulur, masker, massage (bermacam-macam), baby massage dan lain-lain. Sebenarnya ada juga medical spa. Tetapi di Indonesia baru ada di Ciater Jawa Barat.

"Kami berkomitmen untuk menjadikan spa sebagai salah satu destinasi wisata. Maka kami juga punya standar mutu untuk pelayanan konsumen," kata dia.

Salah satu hotel yang menyediakan fasilitas spa adalah Jogjakarta Plaza Hotel: Kirana Health Club dan Sekar Arum Spa. Fasilitas di Kirana Health Club dilengkapi dengan peralatan yang semakin lengkap, modern dengan kualitas yang berstandar internasional. Selain itu juga dilengkapi dengan berbagai alat fitness untuk penunjang kesehatan.

Selain itu juga ada Hotel Grand Aston, All Season, Hotel Jayakarta, The Cangkringan Jogja Villas & Spa dan lain-lain. Begitu pula, akan ada sebuah graha spa di Maguwoharjo yang menyediakan fasilitas spa, karaoke bar dan fasilitas lainnya. Graha spa itu baru akan buka pada 19 Januari 2012 mendatang.

Namun, untuk memilih tempat yang menyediakan layanan spa juga harus bisa membedakan tempat yang benar-benar menyediakan fasilitas dan layanan profesional atau yang hanya menjadi kedok prostitusi. Sebab, di Daerah Istimewa Yogyakarta terutama di kabupaten Sleman banyak terdapat salon kecantikan yang juga menyediakan fasilitas spa tetapi hanya untuk kedok prostitusi.

"Harus bisa memilih tempat yang profesional dalam layanan spa," kata Tri D, salah satu penyuka wisata spa.

Memborong Ragam Keripik Pedas di Bandung

Pengin beli keripik pedas dari Bandung sebagai oleh-oleh? Kali ini agak repot memilihnya. Soalnya, Keripik pedas olahan rumah tangga di Bandung semakin marak.

Dalam setahun ini, sudah ada puluhan jenis dan merek kudapan berbubuk cabai itu yang beredar di jalanan, toko, juga dunia maya. Label nama dan lambangnya ada yang mirip-mirip hingga menggelitik.

Di Jalan Dago tiap Ahad pada jam Car Free Day antara pukul 06.00-10.00 WIB, misalnya, tak kurang dari 10 merek keripik menggoda mata lewat spanduk di gerobak atau mobil dagangan. Sebagian hanya dijajakan sederhana dengan tumpukan kardus di atas trotoar. Namanya mulai dari keripik Maicih, Maedeh, Maemeh, Ceu Tety, Jenong, Cipuy, Kribo, juga Karuhun.

Salah seorang penjual keripik pedas di trotoar Jalan Dago 85, Yuyun Yulianingsih, rata-rata menjual 125 bungkus keripik setiap hari. Saat akhir pekan, Sabtu dan Minggu, pembelian mencapai 150-200 bungkus per hari. Sejak berjualan 4 bulan lalu, kata dia, keripik Maicih yang paling laris. "Terutama level (pedas) 3, 5, dan 10," katanya, Ahad, 4 Desember 2011.

Pembelinya dari kalangan remaja hingga orang tua. Paling banyak orang Bandung dan Jakarta. Biasanya, kata Yuyun, mereka memborong 5-10 bungkus untuk dikudap sendiri atau sebagai oleh-oleh.

Di Toko Serba Lada atau Toserda di Jalan Pajajaran 4 Bandung, lebih dari 20 merek keripik pedas berkumpul rapi di rak. Lada, dari bahasa Sunda yang artinya pedas itu diantaranya keripik Kurutuk yang diproduksi artis Rida, Siripik Kingkong, juga Kutang Janda size 36. "Keripik pedas jadi makin banyak setelah booming Maicih awal 2011," kata pemilik toko, Willy Hono, 28 tahun.

Sejak itu, hampir setiap pekan ada 1-2 pembuat keripik pedas yang menawarkan produknya. Namun tak semua olahan industri rumahan itu bisa dijual di tokonya. Sarjana Matematika dari Universitas Katolik Parahyangan, Bandung, itu mengaku banyak menolak contoh kiriman karena rasanya kurang mantap, harganya dinilai mahal, atau kemasannya kurang baik sehingga keripik dikhawatirkan cepat melempem.

Uji produk itu juga melibatkan istri, dua karyawannya, serta rekan-rekannya. Willy sempat menjadi korban saat mencicipi keripik contoh. "Pernah langsung sakit radang tenggorokan," katanya. Walau begitu, ia tak mewajibkan para pembuat keripik pedas harus punya izin Departemen atau Dinas Kesehatan karena biayanya mahal. "Saya juga ingin bantu home industry," katanya.

Sejak toko berdiri akhir tahun lalu, ia juga menjual keripik lewat jalur online. Pembeli keripik per hari rata-rata ada 10 orang. Tiap bulan, omzet penjualan keripik pedasnya mencapai Rp 20-25 juta.

Keripik pedas sejak puluhan tahun lalu telah menempel di lidah orang Indonesia. Di Bandung, kudapan itu mulai naik pamor sejak tahun lalu dikenal sebagai pikset atau keripik setan. Sebutan itu karena  pedas bubuk cabai pada keripik dari bahan singkong tersebut sangat menyengat lidah.

Setelah itu, pembuat keripik singkong pedas lainnya mengolah racikan dengan tingkat kepedasan berbeda. Selain itu juga kemasan dan cara penjualannya ikut memanfaatkan jejaring sosial di Internet. Sejak awal 2011, keripik pedas jadi barang buruan. “Penasaran awalnya, kok pakai level-levelan segala, ternyata sama seperti pikset tapi harganya lebih mahal,” kata Yuli Saputra, ibu rumah tangga berusia 34 tahun.

Penyuka keripik pedas itu mengaku sudah biasa mengalami panas mulut dan perut setelah makan keripik. Agar tak sampai mulas, ia memilih cara makan keroyokan bersama teman sambil ngobrol. “Namanya makanan pedas itu kan susah berhenti ya, jadi harus sedikit-sedikit dan makannya ramean,” ujarnya.

Kini jenis keripik pedas tak cuma dari singkong, tapi juga kentang, talas, tahu, dan kerupuk seperti gurilem, dorokdok (kerupuk kulit), keripik cireng (aci digoreng), serta basreng (baso goreng). Walau sama-sama dijamin pedas, masing-masing punya rasa, aroma, dan bumbu berbeda. Buat yang suka tantangan dan penasaran makanan pedas, siapa yang tak tergoda?

Membeli 1001 Penganan Khas Daerah di Jakarta

Mencari oleh-oleh bisa jadi merupakan salah satu agenda favorit Anda saat bepergian ke luar kota, terlebih jika dititipi keluarga atau teman sebelum bepergian.

Lalu, bagaimana bila Anda keluar kota tapi tidak sempat membeli oleh-oleh? Tidak perlu khawatir, terutama bila Anda berdomisili di Jakarta. Di Jakarta Selatan, ada satu toko khusus yang menjual oleh-oleh dari pelbagai daerah di Jawa dan Sumatera. Rumah Makan Nusa Indah namanya.

Meski menggunakan kata rumah makan di nama tokonya, Nusa Indah sebenarnya menyediakan beragam jenis penganan daerah. Sepanjang mata memandang rupa-rupa oleh-oleh menumpuk hingga sudut toko.

Bertempat di Jalan KH Achmad Dahlan 33, Kebayoran Baru, toko Nusa Indah sudah berdiri selama 25 tahun. Hartati, 64 tahun, pemilik toko, memulai bisnis toko oleh-oleh di kawasan Radio Dalam, Jakarta Selatan, itu pada 1983.

Menurut dia, selama dua tahun pertama berdiri toko itu sepi pembeli. Banyak penganan yang terbuang percuma. "Di tahun ketiga orang sudah banyak tahu tentang toko ini. Pembeli semakin banyak yang datang," kata Hartati.

Banyaknya pembeli yang datang membuat Hartati kewalahan. Apalagi toko kecilnya tidak memiliki lahan parkir yang memadai. Pada 1986, ibu tiga anak ini memutuskan memindahkan tokonya ke lokasi saat ini.

"Dari hari ke hari, tahun ke tahun, toko ini semakin ramai pengunjung," ujar perempuan kelahiran Semarang itu.

Di Nusa Indah tersedia pelbagai penganan seperti Brownies Amanda, kue lapis legit Spikoe asal Surabaya, kue lapis Surabaya Mandarijn, begelen Kartika Sari, kerupuk udang Ny. Siok dari Sidoarjo, dan keripik pedas Ma Icih asal Bandung.

Selain itu Hartati juga menyediakan oleh-oleh berupa balado singkong Christine Hakim dari Padang, bandeng presto asal Semarang, Marquisa Heavy Juice dari Sumatera Utara, keripik paru dari Solo, serta brem asal Madiun. Rupa-rupa penganan dari pelbagai daerah itu pun menyesaki toko Hartati.

"Dulu pernah jual oleh-oleh dari Indonesia bagian timur, tapi peminatnya sedikit dan ongkos kirimnya mahal. Jadi sekarang tidak menyediakan lagi," kata dia.

Hartati memang memanjakan pelanggan dengan oleh-oleh dari berbagai daerah di Jawa dan Sumatera. Salah seorang pembeli, Syaefudin, mengaku sudah menjadi langganan Hartati sejak 1994 lalu. Awalnya dia hanya melihat spanduk Nusa Indah yang menjual bandeng presto asal Semarang.

"Saya coba beli. Ternyata rasanya enak, rasa sambalnya pas, dan tulangnya sangat empuk," kata Syaefudin.

Toko Hartati juga sering dikunjungi turis mancanegara. Misalnya orang Jepang yang doyan memborong camilan berupa teng teng Super Mete Nugat. "Ada juga pembeli borongan yang mengirim kue-kue dari sini ke Kalimantan, Sumatera, bahkan Amerika, Australia, dan Jepang," kata Hartati.

Kaus Khas Jogja Laris

Para pedagang kaos di kawasan Malioboro panen rezeki pada liburan akhir tahun ini. Di hari biasa, rata-rata per hari hanya 300 kaus yang terjual. Tapi kini pedagang grosir di kawasan itu kewalahan. Dalam satu hari saja bisa 1.000 kaos terjual dari satu pedagang.

“Kaos yang harganya di bawah Rp 15 ribu sangat laku untuk oleh-oleh wisatawan,” kata Lukmono, salah satu pedagang kaus di Jalan Kauman, Rabu, 28 Desember 2011. 

Ia menyatakan, jenis kaos yang laku adalah kaos yang bermotifkan gambar khas Yogyakarta dan kaos yang berdesain trendi. Segmen pembelinya pun berbeda-beda, tergantung jenis kaosnya.

Kaos yang bergambar dan bertuliskan kata-kata Yogyakarta biasanya diminati oleh semua kalangan untuk dipakai atau dijadikan oleh-oleh. Sedangkan kaos yang desainnya trendi disasar para wisatawan kalangan muda.

Para pedagang penjual kaos secara grosir banyak didatangi oleh pengecer yang langsung menawarkan kaus ke wisatawan. Para penjual kaus itu biasanya disebut buser atau buru sergap. Sebab, mereka langsung menawarkan kaus kepada pembeli di tempat-tempat parkir, tempat wisata, dan di sekitar Benteng Vredeburg (ujung Malioboro).

“Pada November lalu sepi wisatawan. Sekaranglah saatnya para pedagang itu mendapatkan rezeki,” kata dia.

Salah satu ikon kaos di Yogyakarta adalah Dagadu yang memang sudah banyak dikenal oleh para wisatawan. Produsen kaos dengan gambar dan kata-kata unik itu mengaku omzet penjualannya naik 30 persen saat liburan seperti ini. Bahkan, di akhir pekan penjualan naik mencapai 60 persen.

“Untuk melayani para pembeli, kami sediakan gerai-gerai yang nyaman untuk dikunjungi wisatawan,” kata Marketing Communication PT Aseli Dagadu Djokdja Junno Mahesa.

Gerai Dagadu saat ini ada beberapa yang disediakan, yaitu Posyandu (Pos Pelayanan Dagadu) di Mal Malioboro, UGD (Unit Gawat Dagadu) di Pakuningratan, DPRD (Djawatan Plajanan Resmi Dagadu) di Ambarukmo Plaza, dan Posyandu II di Jalan Pekapalan (Alun-alun Utara).

Memburu Batik Lawasan Nan Cantik di Malioboro

Baju batik dengan warna dominasi coklat kemerah-merahan
itu terlihat cantik. Padahal, batik-dengan aneka ragam motif seperti parang, daun-daunan, bunga, dan  binatang ini dijahit sambung-menyambung dengan tekstur kotak-kotak. Motif menabrak itu justru menampilkan batik yang dikenal batik lawasan ini justru terlihat etnik nan cantik.

Modelnya pun disesuaikan dengan anak-anak muda zaman sekarang. Ada yang model baju   BCL karena baju model begini kerap dikenakan Bunga Citra Lestari, penyanyi. Ada pula model lawasan Luna Maya karena mirip dengan  pakaian Luna Maya, pemain sinetron dan film, hingga model kelelawar yang trend belakangan ini.

Di sebuah los  Pasar Beringharjo, beberapa orang terlihat memburu batik lawasan. Satu orang tak cukup membeli dua atau tiga potong. “Saya memborong 10 untuk oleh-oleh juga,” kata Ivon, seorang pengunjung asal Surabaya ketika ditemui di Pasar Beringharjo.

Batik lawasan, semula hanya dijual kainnya saja. Harganya bervariasi mulai Rp 50.000 hingga Rp 200.000. Nah, begitu jadi baju, harganya bervariasi antara Rp 35.000 hingga Rp 50.000.

Belakangan, batik lawasan lantas dibuat model baju yang disesuaikan dengan kebutuhan anak-anak, remaja, hingga untuk orang tua. Dinamakan batik lawasan karena memang dari batik tulis lawas yang sudah pernah dipakai simbah-simbah zaman dulu.

Nah, karena sudah jarang digunakan karena kondisinya tak lagi sempurna, mereka lantas menjual ke pedagang dan didaur ulang menjadi pakaian sehari-hari.  Karena lawas dan umumnya batik tulis asli, kekuatan batik lawasan nyaman dipakai dan adem di tubuh. Umumnya pemakai mengenakan di rumah atau bepergian santai. Ada pula yang membeli  batik dengan memodifikasinya dengan kain lurik.

Menurut Maryati, penjual batik lawasan, batik lawasan ini umumnya dijual oleh mereka dengan kondisi bolong atau aus di bagian tertentu. Nah, bagian lain yang masih bisa dimanfaatkan itulah yang kemudian dipotong-potong lalu disambung-sambung dan membentuk model macam-macam. “Model baju disesuaikan dengan model zaman sekarang yang sedang tren,” katanya.

Nah, penjahit-penjahit Yogyakarta yang terkenal memiliki citra seni yang tinggi inilah yang menjadikan batik lawasan, barang aus, namun tetap terlihat elegan.

Tak mengherankan, jika beberapa kali Tempo mendapati istri pejabat atau artis mengenakan batik lawasan. “Memang banyak artis yang datang belanja ke sini,” kata seorang pedagang batik lawasan lainnya, Sri. Dia mengaku peminat batik lawasan justru kebanyakan berasal dari Jakarta dan kota lain seperti Semarang, Bandung, Surabaya.

Hanya saja karena barang lawasan, memperlakukan batik ini kudu ekstra hati-hati. Batik ini punya kelemahan mudah robek karena usianya terlalu tua. Karena kalau dicuci cukup dengan lerak saja.

Aktris dan sutradara, Ine Febriyanti salah satu yang kerap memborong batik lawasan. Ine mengaku menyukai batik lawasan karena  adem dikenakan di tubuh. “Warnanya juga klasik, kuno, dan terkesan membumi,” katanya.

Membeli batik lawasan baginya bukan semata-mata soal mencintai produk Indonesia saja, tetapi juga ikut mendorong pedagang kecil agar lebih bisa berkiprah. “Kalau bukan kita yang membeli siapa lagi,” katanya.

Ivon, senada dengan Ine. Dengan membeli batik lawasan, maka, secara tidak langsung dia tidak sekedar berteori soal pemberdayaan pedagang Usaha Kecil dan Menengah (UKM). “Prakteknya ya dengan membeli seperti sekarang ini,” kata perempuan berparas ayu ini.

Pasar Beringharjo bukan satu-satunya yang menyediakan batik lawasan. Gerai toko Mirota Batik juga menyediakan batik lawasan. Hanya saja banderol harganya beberapa kali lipat dari Pasar Beringharjo.

Dari banderol yang dilihat Tempo,  rata-rata harganya Rp 68.000 hingga Rp
85.000. Di kelas-kelas mall seperti Ambarukmo Plaza, batik lawasan rata-rata di banderol dengan harga Rp 85.000.

Buat pembeli yang tak segan menawar, tempat belanja yang paling cocok memang di Pasar Beringharjo yang lokasinya berhadap-hadapan dengan Mirota. Apalagi, kualitas barangnya nyaris sama.

Di Pasar Beringharjo, memang tak ada banderol harga. Karena itu, mereka yang menyukai   perang urat syaraf alias tawar-menawar harga, di sinilah tempatnya. Apalagi, penjual  batik lawasan juga menekankan prinsip kekeluargaan dalam menawarkan barang dagangannya.

Belanja Tenunan Songket di Pandai Sikek

Ingin memiliki tenunan songket khas Minang? Pergilah ke Pandai Sikek, nagari di kaki Gunung Singgalang yang terletak tak jauh setelah Kota Padang Panjang menuju Bukittinggi. Tenunan Pandai Sikek buatan tangan ini sangat indah dengan beragam motif dan warna.

Di Pandai Sikek saat ini terdapat puluhan rumah tenun dengan ratusan penenun yang umumnya perempuan muda. Rata-rata dalam satu bulan seorang penenun bisa menghasilkan selembar kain (untuk sarung) atau selendang dengan motif paling sederhana. Pandai Sikek adalah daerah yang masuk daftar kunjungan wisata ke Sumatera Barat untuk berbelanja.

Selain membeli songket, Anda juga bisa melihat langsung proses pembuatan tenunan yang masih menggunakan alat tenun tradisional di rumah-rumah. Anda pun bisa menyaksikan proses pembuatan tenunan songket Pandai Sikek dari helai demi helai benang untuk membuat selembar kain yang indah. Ini tentu pemandangan yang unik dan langka, mengingat di zaman pabrikasi saat ini masih ada pembuatan kain dengan menggunakan keterampilan tangan dan alat sederhana.

Dulunya pembuatan kain tenun ini berkaitan dengan penyediaan pakaian untuk upacara adat, seperti melantik penghulu, pesta perkawinan.

Pandai Sikek merupakan satu dari tujuh nagari di Minangkabau yang masyarakatnya secara turun-temurun sejak ratusan tahun terkenal sebagai perajin tenun. Nagari lain adalah Pitalah dan Sungayang, Silungkang, Kotogadang, Koto nan Ampek, dan Kubang.

Namun sekarang hanya tinggal Silungkang, Kubang, dan Pandai Sikek yang masih terdapat penenun. Dari ketiga itu hanya Pandai Sikeklah yang lebih maju dalam melanjutkan tradisi menenun dengan tetap mewariskan kemahiran menenun kepada warganya, sehingga banyak penduduknya tetap menjadi penenun.

Selain itu, tenunan songketnya pun memiliki kehalusan dan keberagaman motif yang jauh lebih tinggi dan banyak. Jenis motif tenunan songket Pandai Sikek yang jumlahnya lebih 200 itu rata-rata memiliki arti yang berkaitan dengan filosofi adat Minangkabau, seperti motif pinggir “itiak pulang patang” (itik pulang petang) yang mengiaskan orang Minang seiya-sekata atau bersatu.

Di Pandai Sikek puluhan rumah tenunan songket menjual songket buatan tangan itu. Salah satunya adalah Rumah Tenun Pusako yang berbentuk rumah gadang milik Hajah Sanuar yang termasuk paling awal merintis bisnis penjualan songket di Pandai Sikek.

Songket dari Rumah Tenun Pusako sangat indah dengan beragam motif dan warna. Selain mempertahankan songket dengan warna tradisional, warna songket yang dijual juga mengikuti tren mode seperti merah menyala, biru, krem, dan kecokelatan. Harga songket mulai Rp 1,5 juta sampai Rp 10 juta per set, terdiri dari kain songket dan selendang.

Harga lebih ditentukan oleh kerumitan pengerjaan motif yang banyak menggali motif lama serta tergantung pada kain. “Songket paling mahal terbuat dari sutra asli dengan motif kuno Minangkabau, pengerjaannya lebih rumit karena di atas kain sutra, tapi lebih ringan dikenakan, ini yang membuatnya lebih mahal,” kata Adyan Anwar, pemilik usaha songket Rumah Tenun Pusako.

Selain Rumah Tenun Pusako yang khusus menjual songket tenunan, masih ada toko-toko lainnya yang tidak hanya menjual songket, tapi juga kain bordir dan kain sulaman khas Minang. Salah satunya di toko milik Erma Yulnita. Erma memiliki 30 perajin tenun di Pandai Sikek yang bekerja untuknya.

Songket yang ia jual juga dibanderol cukup terjangkau, mulai dari Rp 500 ribu hingga Rp 7 juta per lembar. Harga songket di Pandai Sikek sangat tergantung pada kain, benang, serta kerumitan pengerjaannya. Semakin halus tentu semakin mahal. Harga masih bisa ditawar dan bisa berkurang paling banyak 10 persen.

Jangan takut tertipu berbelanja di Pandai Sikek karena ini usaha rumahan dan pemilik songket sangat mengandalkan kedatangan wisatawan ke tempatnya. Membeli atau tidak, Anda tetap dilayani dengan ramah. Bahkan di atas meja beranda selalu tersedia minuman gelas dan aneka makanan kecil khas Sumatera Barat seperti rakik maco, gelamai, keripik, hingga kue sagun yang bisa dimakan sambil menonton cara pembuatan songket di semua rumah tenun. Semua cemilan itu gratis.

Yuk, Berburu Kaus Unik di Bandung

Kota Kembang tak cuma asyik sebagai tempat berburu kuliner enak, tapi juga kaus untuk segala umur. Desainnya unik dan bernada humor, dari yang khas Bandung juga etnis kesundaan. Harganya mulai dari Rp 25 ribu hingga hampir Rp 100 ribu.

Umumnya kaus dengan desain yang menggambarkan suasana khas Bandung tersebut dijual di luar toko-toko distribution outlet (distro). Pusatnya berada di emperan Jalan Cihampelas, juga sekitar Pasar Baru Bandung Jalan Otto Iskandar Dinata. Ukurannya mulai dari untuk anak kecil hingga dewasa. Di kedua tempat itu, harga kaus ditawarkan murah, mulai dari Rp 20 ribu.

Di pertokoan jeans Jalan Cihampelas, beberapa corak desain dan jenis bahan kausnya ada yang berbeda dengan di emperan. Beberapa juga bergambar lokasi wisata, seperti museum, Gedung Sate, dan bangunan bersejarah. Paling mahal harganya sekitar Rp 100 ribu. Salah satunya di toko KPK alias Kelompok Pecinta Kaus di Cihampelas.

Menurut kasir toko Mida Marliana, tiap akhir pekan penjualannya berlipat ganda dibanding hari kerja. “Kalau di Cihampelas, kaus banyak diserbu turis luar kota dan anak-anak sekolah yang darmawisata,” katanya. Jika ingin memesan kaus untuk acara dan desain khusus dalam jumlah banyak, sentra kaus di Jalan Suci atau Surapati tempatnya.

Tapi kalau tak ingin kaos yang pasaran dan berbahan katun adem, di Cihampelas Walk ada outlet kaus Mahanagari dan kaus Gurita yang mengolah kata-kata lucu dengan gambar ilustrasi. Sedangkan kaus berlabel Harax yang mengangkat tema etnis kesundaan ada di Rockhouse Jalan Dewi Sartika. Nah, apakah Anda sudah siap berburu oleh-oleh kaus dari Bandung?

Ke Bali, Jangan Lupa Mampir di Pasar Seni Sukowati

Kabupaten Gianyar adalah tetangga sebelah timur dari Kota Denpasar, berjarak sekitar 25 kilometer. Banyak pekerja seni di daerah ini, mulai dari tari, ukir kayu dan perak. Seiring berkembangnya industri pariwisata, ada kawasan Sukawati yang semakin menampilkan sebagai pusat pasar seni di Bali.

Bukan hanya satu pasar seni di sana. Ada empat pasar seni yang tumbuh berkembang menjadi obyek kunjungan wisatawan yang mencari oleh-oleh khas Bali. Walaupun di kawasan wisata pantai Kuta atau Denpasar, barang-barang kerajinan bisa didapatkan di berbagai tempat, tetapi belum lengkap rasanya bila perjalanan liburan di Bali tidak mendatangi Sukawati.

Terbukti, ratusan bus antar kota antar pulau yang membawa rombongan wisatawan nusantara maupun mancanegara yang datang dan pergi silih berganti. Pemandangan hiruk-pikuk itu juga tampak pada kemarin siang, di Pasar Seni III Cemenggoan Celuk Sukawati. Begitu para penumpang bus turun di tempat parkir yang berada di depan kios-kios, langsung disambut riuh rendah para pedagang. "Mari Pak lihat-lihat dulu," kata mereka. Pedagang tidak memaksa, tetapi ujung-ujungnya pedagang sangat pandai merayu agar pengunjung membeli dagangannya.

Oh ya, empat pasar seni ini tersebar di sejumlah tempat, tetapi semuanya masih berada di Kecamatan Sukawati. Ada dua pasar seni di pusat Kecamatan Sukawati. Yaitu Pasar Seni I dan Pasar Seni IV. Pasar III ada di Cemenggoan dan Pasar II di Guang.

Di Pasar Seni III ada 200 kios pedagang, utamanya yang menjual pakaian bermerek Bali. Rata-rata setiap pedagang memiliki satu meja yang berukuran 140 senti lebar 40 seniti. Barang dagangannya berupa pakaian pria maupun wanita, termasuk untuk anak-anak. Ada kaos gambar barong, kaos motif batik Bali atau kaos yang berisi kata-kata.

Tidak kalah dengan kaos Dagadu dari Yogya atau Joger di Kuta, kaos kata-kata tersebut di antaranya berisi tulisan yang bersifat promotif, seperti `Rahasia orang sukses adalah berlibur dan istirahat sebentar di Bali`, dan `Berlibur di Bali dapat menyehatkan pikiran dan membangkitkan semangat baru`.

Ada lagi kaos yang berisi tulisan gurauan, antara lainyn `Semakin banyak belajar semakin banyak yang kita tahu`, `Semakin banyak yang kita tahu, semakin banyak yang kita lupa`, `Semakin banyak yang kita lupa semakin sedikit yang kita tahu. Jadi... kenapa kita sibuk belajar?`

Berapa harga kaos Sukawati itu ? Bisa disebut murah. Berbahan katun atau krayon. Karena selembar kaos rata-rata hanya Rp15 ribu. Untuk yang motif batik lebih mahal, Rp20 ribu. "Kalau motif batik ini beda harganya pak," kata Dewi, salah satu pedagang.

Sedangkan celana pendek khas Bali yang di antaranya motif kembang-kembang ala Hawai dijual Rp25 ribu. Untuk selembar rok dres mulai dari harga Rp25 ribu, Rp35 ribu hingga Rp45 ribu. Dewi juga menjual barang cinderamata asesoris berupa gelang-gelang kerajinan, ada juga asbak atau patung topeng. Untuk asesoris ini, pedagang lainnya, Wayan Sari, menjual gelang mulai dari harga Rp5 ribu hingga 7.500.

Boleh dikata, bisnis pakain jadi di pasar seni Sukowati cukup menjanjikan. Wayan Radu, 32 tahun, misalnya, mengaku mulai berdagang di Pasar Seni II di Guang sejak 2009. Ia kini hanya berdagang pakaian tanpa menjual asesoris karena perpuran uang bisnis pakaian jadi lebih cepat. Awalnya ia hanya menjual cinderamata kerajinan. Selain menjual eceran, kini ia juga melayani sesama pedagang  yang memerlukan baju-baju motif barong. "Banyak orang cari kaos barong," katanya kepada Tempo. Untuk penjualan ke pedagang lain, Wayan hanya mengutip untung Rp500 per lembar baju.

Secangkir Kopi Gembira di Kawangkoan

Indonesia boleh bertepuk dada soal kekayaan alam karena negeri gemah ripah loh jinawi ini memiliki ragam kopi yang tumbuh di berbagai wilayah Nagroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Lampung, Sulawesi Selatan, atau Nusa Tenggara Timur. Namun dari keragaman itu ada terselip cerita bahwa kopi Minahasa di Provinsi Sulawesi Utara, yang juga memiliki cita rasa khas, alpa diwartakan.

Agak sulit memang menceritakan kekhasannya sebelum kita bertandang ke daerah yang memiliki suhu udara 18 derajat Celsius ini. Jika Anda melancong ke Manado, ada baiknya singgah sejenak ke Rumah Kopi Gembira Kawangkoan di Minahasa untuk mencoba kopi khas daerah ini. Hanya membutuhkan waktu tempuh satu jam dari Manado ke Minahasa atau setengah jam dari Kota Tomohon.

Kedai kopi ini didirikan oleh Ipthae Hang pada 1946 di Kota Kawangkoan, jalan utama Manado-Minahasa. Kini warung kopi tersebut dikelola oleh cucu Ipthae, yaitu Silvana Soesanto.

Menurut pengakuan perempuan 48 tahun itu dia sengaja mempertahankan ciri khas rasa dan cara memasak kopi yang dirintis kakeknya.

“Saya mendatangkan biji kopi pilihan dari Kotamobagu, Bolaan Mongondo, seperti yang dilakukan kakek. Selanjutnya, biji kopi itu saya simpan hingga memiliki kekeringan tertentu,” ujar ibu dua anak ini kepada Tempo, pekan lalu.

Untuk menyimpan biji kopi, tutur Silvana, membutuhkan waktu 10 tahun agar aroma khas kopi keluar ketika didihkan dengan air. “Supaya aroma kopi terasa wangi ketika diseduh dengan air panas.”

Cara memasak kopi di Rumah Kopi Gembira Kawankoan juga masih tradisional kendati zaman sudah maju. Silvana tak menggunakan kompor atau panci untuk mendidihkan air.

Ini pun, jelasnya, demi mempertahankan cita rasa khas kopi agar tak hilang. Mereka menggunakan tungku yang dipanaskan dengan kayu bakar. “Ceret yang saya gunakan terbuat dari kuningan peninggalan kakek. Kalau bocor kami tambal,” ucapnya.

Tak pelak, dengan cita rasa dan kekhasan inilah Rumah Kopi Gembira Kawangkoan tersohor di hampir seluruh kota di Sulawesi Utara. Dari gubernur, bupati, anggota DPRD setempat, atau pelancong dari luar Kota Kawangkoan, menyempatkan mampir ke kedai ini untuk sekadar mencicipi kehangatan kopi.

Fian, salah seorang karyawan PT Newmont Minahasa Raya, mengakui kenikmatan kopi racikan Silvana. “Saya sangat suka kopi ini, Ketika dalam perjalanan menuju Buyat atau Rakatotok dari Manado, saya suka singgah di warung kopi ini. Rasa kopinya tak seperti di warung kopi lainnya,” kata Fian kepada Tempo.
Pengakuan Fian diamini wartawan harian bisnis di Jakarta, Rani JD, yang sempat menikmati sajian Rumah Kopi Gembira Kawangkoan. “Memang rasanya lain dibandingkan dengan kopi dari daerah lainnya,” ucap Rani yang sempat membungkus satu kilogram biji kopi untuk oleh-oleh temannya di Jakarta.

Silvana tak menjelaskan detail omzet penjualan kopinya. Ia hanya mengatakan Sabtu atau Minggu Silvana bisa menjual 500 gelas kopi per hari dengan harga Rp 5.000 per gelas. “Kalau hari biasa, sekitar 200 gelas per hari,” katanya. Nah, maukah Anda bergembira bersama Rumah Kopi Gembira Kawangkoan?

Empat Berkuah dari Makassar

Jika berkunjung ke Makassar, bersiaplah memanjakan lidah dengan sejumlah kenikmatan kuliner. Hidangan laut tentu saja menjadi pilihan pertama. Tapi bukan Makassar bila tanpa makanan khas kota ini: hidangan olahan daging berkuah, sarat rempah khas Makassar.

Sebagai pintu gerbang kawasan Indonesia timur, menu makanan Makassar merupakan hasil perpaduan budaya sejumlah daerah. Budaya Cina dan Arab sangat kental mempengaruhi rasa dan menu makanan khas wilayah ini. Berikut ini beberapa menu khas Kota Daeng.

1. Coto Makassar


Coto Makassar menyerap hampir semua bumbu dapur. Daging dan jeroan direbus dengan beragam rempah, air beras, kaldu dari jeroan sapi dan kacang goreng halus untuk menambah rasa gurih.

Air beras bukan bumbu wajib. Sejumlah warung coto Makassar ada yang tak memakai air beras, tapi susu, atau tidak sama sekali. Isi Coto bisa sesuai dengan selera, mau jeroan, atau daging. Jangan lupa, bumbui tauco. Jangan berharap Anda akan ditemani nasi saat menyantap coto. Ya, karena coto hanya disantap dengan ketupat atau burasa (sejenis ketupat rasa gurih).

Santapan ini bisa dijumpai di sekujur Kota Makassar. Tapi hati-hati, banyak warung coto tutup saat stok coto habis. Jangan kaget, coto bisa habis pukul 12.00 WIB. Ini karena coto umumnya jadi santapan pagi dan siang. Tapi jika Anda pengin menyantapnya malam, cari yang buka 24 jam. Beberapa di antaranya:

Coto Nusantara
Jalan Nusantara (seberang Peti Kemas Soekarno Hatta Makassar)
Harga: Rp 10.000 per porsi
Buka: 08.00-hingga habis

Aroma Coto Gagak
Jalan Gagak No 27 Makassar
Telpon: 0411-870800
Harga: Rp 8.000 per porsi
Buka : 24 Jam

Coto Daeng Sirua
Jalan Abd. Daeng Sirua no 10 Makassar
Harga: Rp 9.000 per porsi
Buka: 08.00-hingga habis

Coto Daeng Begadang
Ruko Jesper, Jalan Pengayoman (seberang Mall Panakukang)
Jalan Karunrung, Makassar
Harga: Rp. 6.000 per porsi
Buka: 24 Jam

tempo.co

Lezatnya Nasi Kapau di Los Lambuang

Ranah minang terkenal dengan kekayaan makanannya. Salah satunya adalah nasi Kapau. Masakan dari Kapau, kampung yang berada di dekat Bukittinggi, terkenal dengan gulai kapau yang kaya bumbu dan lezat. Di Bukittinggi ada satu tempat khusus yang menjual nasi Kapau. Namanya Los Lambuang, di Pasar Lereng dekat Pasar Atas.

Di tempat ini ada belasan kedai nasi Kapau yang menempati lahan terbuka. Di setiap kedai dilengkapi dengan nama masing-masing penjualnya. Ada Nasi Kapau Uni Lis, Nasi Kapau Uni Linda, dan lainnya. Silakan memuaskan selera mata dan perut. Nama tempatnya saja Los Lambuang, artinya tempat untuk memuaskan selera lambung.

Nasi Kapau memang sangat khas. Penyajian masakannya juga unik. Uni penjualnya duduk lebih tinggi dari bangku pembeli, seperti di atas takhta dengan aneka lauk dan gulai kapau di dalam baskom-baskom yang besar di depannya. Dengan posisi meja hidangan yang lebih tinggi, pembeli dapat langsung melihat aneka lauk yang menggiurkan terhampar di depan mata. Kita tinggal tunjuk ingin lauk apa, dan si uni dengan tangkas akan mengambil lauk dan gulai sayuran kapau dengan sendok tempurung bertangkai panjang.

Ada berbagai lauk untuk melengkapi nasi kapau. Yang khas seperti gulai tunjang. Ini gulai kikil kaki sapi atau urat sapi berkuah kuning dan dimasak lama, sehingga amat lembut saat digigit. Ada juga pangek ikan mas yang masih ada telur di dalam perutnya. Pangek ini gulai yang dibuat sampai kuahnya kering. Ada juga gulai tamusu atau usus sapi yang diisi telur dan tahu yang dihaluskan.

Ada juga masakan Minang yang sudah dikenal seperti rendang, ayam goreng berbumbu, belut goreng, atau dendeng batokok. Semua itu dipadukan dengan gulai nangka muda yang dicampur kol, kacang panjang, dan rebung. Ini yang paling khas dari nasi kapau.

Gulai Kapau memang sangat kaya bumbu dan agak berbeda dari masakan Minang lainnya. Gulai Kapau terbuat dari santan kental dengan bumbu jahe, lengkuas, kemiri, cabe, dan menggunakan lebih banyak kunyit sehingga warnanya lebih kuning. Dimasak perlahan di atas tungku dan kuali tebal membuat semua bumbu meresap ke lauk dan sayurannya.

Seporsi nasi kapau yang dihidang si uni penjual biasanya terdiri dari nasi, sepotong gulai nangka muda, kol, kacang panjang dan seiris rebung dengan kuah kuning kental, sedikit rendang ubi kayu, dan lauk pilihan. Kali ini saya memilih sepotong gulai usus yang tampak gemuk karena berisi campuran telur dan tahu. Rasanya?...hmmm semua paduan nasi dan lauk dari Kapau itu benar-benar lezat. Tak mengherankan jika banyak orang ke Bukittinggi hanya untuk mencari nasi Kapau.

Renyahnya Ayam 4 Jari

Ayam sudah menjadi makanan kebanyakan orang Indonesia. Tapi bagaimana dengan ayam empat jari? Itu bukan jenis ayam berjari empat, melainkan nama restoran yang baru dua tahun berdiri, 4 Fingers.


“Restoran kami semi fast food, makan bukan sudah langsung jadi. Tapi setelah orang pesan, masih ada proses memasaknya lagi,” ujar Brand Manager 4 Fingers, Ditha Fitriana, ketika ditemui di cabang Cilandak Town Square, Jakarta Selatan, Kamis lalu.

Berbeda dengan restoran lainnya, ayam 4 Fingers diolah dengan cara yang berbeda. Ayam yang matang dioles dengan bumbu spesial dari Korea. Pengunjung bisa memilih dua saus antara Soy Garlic Sauce atau Hot Spicy Sauce, atau keduanya.

Misalnya untuk menu andalan Crispy Chicken Wing atau Drumstick. Sayap ayam diolah dengan cara deepfried sebanyak dua kali dengan suhu 180 derajat. Kulit ayam pasti dijamin renyah saat baru terhidang panas-panas. “Makanya kami sebut Premium Fried Chicken karena semua tersaji renyah,” ujar Ditha.

Kulit ayam yang renyah juga terdapat pada Chicken Burger. Untuk yang satu ini, daging paha ayam atas yang menjadi isi burger beserta selada, tomat, timun, dan jamur. Kebanyakan burger biasa menyajikan daging ayam polos olahan.

Jika ingin memuaskan perut, coba menu combo ditambah kentang goreng. Tak hanya dilumuri garam, kentang goreng juga tak kalah renyah karena ditaburi remahan rumput laut dan bubuk cabai.

Makanan lain yang patut dicoba ialah Katsu Chicken Sandwich. Menu ini terbilang unik karena campuran cita rasa tiga negara: Jepang, Cina, dan Korea. Cina diambil dari penggunaan Chinese Bun atau roti mantau sebagai pengganti dua tangkup roti tawar untuk sandwich umumnya.

Jepang tentu saja diambil dari kata Katsu, yang berarti irisan daging ayam. Sedangkan untuk sentuhan Korea di dalam roti isi diberi kimchi atau sayuran yang terfermentasi dengan rasa asam. Campuran ketiganya dijamin menarik untuk dicoba dan mampu membuat lidah bergoyang.

Tidak hanya negara-negara di Asia yang menjadi inspirasi resto yang berkapasitas 70 orang ini. Salah satu menu andalan mereka yang diadopsi dari Meksiko adalah Chicken Wrap. Berbentuk seperti kebab, lapisan roti tortilla ini berisi daging ayam yang dilengkapi dengan jamur dan sayuran. Sebagai penambah rasa, isi makanan ini dilumuri saus kari mayonnaise.

Jika bosan dengan makanan serba ayam, Tofu Salad bisa jadi alternatif lain. Salad berisi tahu goreng ini dilengkapi dengan daun selada dan jamur. Saus dressing yang dipakai adalah soy garlic sauce dan sesame oil. Ada juga menu vegetarian lainnya, yakni Tofu Rice Box, yaitu tahu goreng dengan kimchi. Siraman saus berwarna coklat dengan tingkat keasinan yang rendah memperkaya rasa nasi putih yang tersedia.

Sekilas, restoran yang namanya terinspirasi dari jumlah kaki ayam dan jumlah pendirinya ini terlihat seperti restoran cepat saji biasa. Anda tinggal memesan makanan di kasir pesanan, yang kemudian akan diteruskan ke bagian dapur. Menu yang disajikan pun tidak banyak berbeda dengan restoran cepat saji lainnya.

Mengambil konsep subway, resto yang baru berdiri pada 2010 ini mengincar generasi muda sebagai konsumennya. Itulah sebabnya, dekorasi ruangan dipilih dengan gaya anak muda pula. Di bagian dindingnya terdapat graffiti dengan warna dominan merah. Ada juga scribble atau coretan tulisan tangan di dua tiang dalam resto.

"Bedanya, kalau di subway biasanya orang makan dengan terburu-buru. Di sini mereka bisa santai,” Ditha menambahkan. Sebab, disediakan dua sofa panjang untuk pengunjung yang ingin berleha-leha.

Berbeda dengan rumah makan cepat saji biasa, harga di 4 Finger pun tak sama. Restoran yang berlogokan empat jari manusia ini mematok harga untuk empat potong Crispy Chicken Wings sebesar Rp 24 ribu. Menu favorit seperti Chicken Burger Combo, Katsu Chicken Sandwich Combo, dan Chicken Wrap Combo masing-masing dibanderol dengan harga Rp 44 ribu dan Rp 57 ribu. Selamat mencoba.

Menikmati Cupcake Berpadu Teh ala Eropa

Menikmati cupcake, biasanya jika lebih dari dua buah, perut menjadi enek alias mual. Ternyata, jika makan makanan ringan itu dipadukan dengan minum teh, perut tetap merasa nyaman.

Pilihan menikmati cupcake bisa menjadi alternatif kuliner yang kini sudah marak di Yogyakarta. Namun biasanya penikmat cupcake hanya membelinya di toko roti lalu dibawa pulang untuk dimakan di rumah atau di perjalanan.

Nah, ada tempat asyik untuk nongkrong yang menyediakan cake dan cupcake berbagai rasa di Yogyakarta. La Vie Michi Dessert Cake, sebuah gerai khusus menu-menu dessert yang unik nan lezat. Gerai itu ada di lantai 2 Mirota Palagan, Jalan Palagan Tentara Pelajar Ngaglik, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

"Perpaduan antara makan cake dengan minum teh ala Eropa sangat pas. Perut tetap nyaman," kata pemilik La Vie Michi, RR Christina, Sabtu, 4 Februari 2012.

Lokasinya yang berada di jalan menuju lereng Gunung Merapi itu sangat cocok untuk nongkrong di waktu sore hingga malam. Cupcake atau cake dipadu dengan teh panas sangat cocok dinikmati bersama pasangan, kerabat, atau sahabat.

Di tempat itu pula, pengunjung bisa belajar nge-teh, atau minum teh, dan menyantap aneka dessert itu. La Vie Michi menawarkan belasan jenis teh yang didatangkan langsung dari Eropa. Sedangkan untuk cake, ada 23 jenis. Ada Tiramisu, cokelat, Mouse Cake, Opera Cake, bahkan kue berbentuk Shaun The Sheep.

Khusus untuk teh, bahan-bahan teh didatangkan dari London, Inggris, Sri Lanka, Jepang, Cina, dan negara lain. Aneka teh yang tersedia di kedai ini antara lain teh jasmine, stroberi, Blackcurrant, dan teh peach. Untuk harga cake antara Rp 9.000 hingga Rp 18.500 saja. Satu cangkir teh dibanderol Rp 12.000. Teh itu bukan sekadar minuman, tetapi juga baik untuk kesehatan.

Christina menjelaskan, gerai-gerai khusus cupcake di luar negeri sudah marak, terutama di Amerika Serikat. Di Yogyakarta, masyarakat terutama kalangan muda dan mahasiswa suka nongkrong. Nah, sesekali, jika memilih altrenatif kuliner, bisa menikmati cake dipadu dengan minum teh. "Ini menjadi gaya hidup kawula muda," kata Christina.

Alumnus Studi Commerce di universitas ternama di Australia ini melihat peluang bisnis yang belum ada sebelumnya di Yogyakarta, seperti perpaduan makan cake sembari minum teh ini.

Nama La Vie Michi berasal dari bahasa Prancis, La Vie, yang bermakna kehidupan. Tetapi itu juga singkatan dari Victor dan Erick, kedua kakak Christina. Filosofi makan cake dan minum teh ini, kata Christina, diharapkan hidup semakin lebih cerah, lebih hidup.

Dijelaskan oleh Rita, penanggung jawab produk makanan La Vie Michi, bahan-bahan cake dan cupcake yang dibuatnya berasal dari bahan berkualitas dan aman dikonsumsi bagi siapa pun. Termasuk bagi mereka yang merasa kegemukan. Sebab bahan baku cake dipastikan 'zero calorie sugar' dan tanpa bahan pengawet. "Yang pasti makanan dan minuman sangat higienis dan sehat," katanya.

Kuah Asam Goropa Pembangkit Selera Makan

Rasa asam dengan sedikit pedas empuknya daging ikan goropa membuat siapa saja yang mencicipinya tergugah selera makannya. Walaupun hanya semangkuk kecil, kuah asam Goropa di Restoran Big Fish Manado ini mampu membangkitkan selera makan.

Silakan Anda melahap semua makanan yang disajkan di restoran di Jalan Wolter Mongonsidi, kompleks Bahu Mall Manado, belakang kantor Dinas Pariwisata Kota Manado.

Kuah asam Goropa sebenarnya menu sayur dengan kuah bening. Perpaduan rasa asam dan pedas dengan daging empuk memberikan cita rasa istimewa. Isi kuah asam, seperti tomat, daun bawang, seledri, dan cabai rawit hijau yang dibelah tengahnya di antara bumbu kuah, yang biasanya menjadi makanan pembuka.

Bagi mereka yang tak terlalu biasa makan-makanan pedas, kuah asam Goropa bisa sebagai solusinya. "Memang makanan ini paling pas untuk makanan pembuka. Ini sekaligus membangkitkan selera makan," kata Supervisor Big Fish Manado, Andri, kepada Tempo.

Menurut Andri, kuah asam Goropa ini bisa dinikmati para pengunjung Big Fish dengan memilih sendiri ikan seharga Rp 16 ribu per ons. "Harga ini sudah termasuk ongkos memasak," kata dia.

Khusus untuk siang hari, tepatnya pukul 12.00-15.00 WITA, Big Fish memberikan penawaran konsep All U Can Eat. Para pengunjung cukup membayar Rp 35 ribu per orang. Dengan harga tersebut, pengunjung bisa makan sepuasnya hingga berkali-kali tanpa batasan.

"Yang penting tidak lewat dari pukul 3 sore, kami berikan kesempatan para pengunjung untuk mencicipi semua masakan di restoran ini," ujar Andri. Pemandangan di sekitar restoran ini indah. Bukan sekadar di tepi Pantai Malalayang, tapi pemandangannya langsung mengarah ke Teluk Manado.

Tahun lalu, Empat Juta Kucing Disantap di Cina

Rupanya kucing menjadi salah satu santapan favorit di kawasan Cina Selatan. Dalam setahun empat juta kucing liar Cina ditangkapi,  kemudian dibunuh untuk dijadikan santapan.

"Biasanya kami mengumpulkan kucing-kucing liar itu lalu menjualnya ke restoran terdekat di Provinsi Guangdong dan Guang Xi," ujar salah seorang penangkap kucing, Zhou, kepada China Daily, kemarin.

Daging kucing, kata Zhou, banyak dikonsumsi untuk keperluan diet. Harganya 10 yuan per kilogram. Di Ghuangdong, daging kucing merupakan bahan utama dalam hidangan tradisional mereka. "Dalam sehari saya bisa mendapat 70-80 ekor kucing," katanya.

Zhou mengungkapkan kucing yang ditangkapnya biasanya liar dan berada di jalanan. "Namun memang ada harga khusus untuk kucing hitam," ujarnya sambil tidak menerangkan alasannya.

Feng Dongmei, seorang aktivis perlindungan hewan di Hong Kong, mengakui daging kucing memang jadi santapan populer di Cina daratan. Namun menu kucing bakal sangat jarang ditemukan di pusat kota. "Biasanya pemakannya dari kalangan usia lanjut, sulit untuk menghentikan kebiasaan mereka," ujarnya.

Tidak ada data statistik resmi soal populasi kucing di seluruh Cina sekarang ini. Namun beberapa sumber organisasi perlindungan hewan mengatakan sedikitnya empat juta kucing mati dibunuh untuk dijadikan santapan para orang tua di Cina Selatan, tahun lalu. Berminat wisata kuliner ke sana?

Menu Jepang Harga Indonesia Hanya di Umaku

Penahkah Anda melahap gumpalan nasi berbalut ikan mentah atau rumput laut? Ya, gumpalan nasi itu bernama sushi. Berasal dari Negeri Sakura, kini sushi menjadi satu makanan terkenal di Indonesia, terutama di Jakarta.

Dengan semakin dikenalnya sushi di kalangan masyarakat, makin banyak pula rumah makan berkonsep ala Jepang yang menyajikan sushi sebagai menu utama. Sayangnya mayoritas restoran Jepang mematok harga mahal untuk sajiannya. Kenapa mahal? Karena lokasi restoran Jepang kerap berada di mal atau hotel yang mematok pajak tinggi. Ditambah lagi bahan baku sushi banyak dikirim langsung dari Jepang.

Atas pertimbangan harga itu, tidak jarang calon pengunjung urung datang ke restoran Jepang. Takut harga tidak sesuai dengan kemampuan kantong.

Nah, merebaknya restoran Jepang yang mahal itu mendorong Beth Hayes mendirikan restoran dengan konsep serupa, tapi dengan harga terjangkau. Akhirnya, berdirilah restoran Jepang bernama Umaku, artinya 'sang ahli'.

"Suara yang ditimbulkan saat menyebut Umaku juga seperti rumahku. Jadi, seakan-akan menyantap sushi di rumah," kata Beth.

Awalnya Umaku berdiri di Cibubur, Jawa Barat, pada 2009 lalu. Karena pelanggannya semakin banyak, Beth pun membuka peluang waralaba Umaku. Lalu berdirilah Umaku Tebet dan Umaku Duren Tiga Raya Nomor 32, Jakarta Selatan.

Maka, datanglah Tempo ke Umaku Duren Tiga. Meski menyediakan pelbagai penganan Jepang, menu pertama yang dipesan Tempo adalah deretan sushi, misalnya Volcano, Spider Roll, Salmon Maki, dan Tobiko.

Lalu, hap! Satu Spider Roll langsung disantap, seketika mulut terasa penuh. Lembutnya unagi atau daging belut terasa cepat melumat. Begitu kontras dengan kriuk-nya gorengan daging kepiting yang disematkan di dalam kepalan nasi. Saya pun langsung sibuk mengunyah dan menyesap rasa laba-laba gulung ini. Enak.

"Spider Roll ini satu menu sushi andalan kami," kata Head Chef Umaku, Uki.

Sudah habis urusan dengan Spider Roll, saya mulai melirik Volcano. Kali ini, sekepal nasi menyelimuti daging kepiting dan Tobiko bakar. Di atasnya, ikan salmon dengan lelehen mayones berperan sebagai mahkota, sedangkan di sisi kanan-kiri Volcano terlihat jejak hitam sisa pembakaran.

Ketika mulut mengecap Volcano, hal pertama yang terdeteksi adalah rasa gosong. Sedikit amis dari salmon dan kentalnya mayones meramaikan isi mulut. Sayang, keramaian itu masih kalah dengan rasa sisa pembakaran.

Masih penasaran dengan menu sushi Umaku, saya lahap beberapa potong Salmon Maki dan Tobiko Flying Fish Roe. Memang dua menu itu bukanlah yang spesial, tapi butiran nasi pulen tetap menyenangkan mulut.

"Kami pakai beras dari Jepang dan menambahkan kombu atau ganggang laut saat memasaknya. Setelah matang, selain seperti ketan, rasanya pun beraroma ikan," ujar sang chef.

Sudah puas mengecap sushi, selanjutnya saya coba Soba Moriawase. Mie soba datang ditemani tempura udang, rumput laut, dan kuah bening kecokelatan. Saat menyesap air kuah, rasa segar terasa menyergap tenggorokan. Ada semilir manis juga di dalamnya. Dan mie soba terasa unik, seperti ubi.

"Mienya berbahan dasar gandum dan diimpor dari Jepang. Kuahnya sendiri mengandung ikan cakalang yang telah diasap, diserut, dan direbus dalam air selama tiga jam," kata Uki.

O ia, bagi Anda yang tidak menyukai makanan mentah, bisa juga memesan Katsu Kare Rice. Nasi kare di Umaku bisa dikategorikan unik karena perkawinan antara kayu manis dan lada halus menciptakan beragam rasa di mulut. Manis, wangi, dan sedikit panas.

Perut kenyang, hati senang. Saya pun sedikit berbincang dengan tamu Umaku lainnya. Ducta, 41 tahun, mengaku baru pertama kali datang ke Umaku Duren Tiga. Pada kunjungan perdananya itu, dia telah menghabiskan tiga mangkuk mie udon. "Rasanya enak dan harga terjangkau. Jadi, enggak takut kalau mau pesan banyak menu atau nambah," kata perempuan itu.

Tidak jauh berbeda dengan Ducta, Dicky, 43 tahun, bercerita jika dia tidak takut membawa anak dan keluarganya makan di Umaku Duren Tiga. "Karena tidak mahal, saya tidak deg-degan kalau mereka memesan banyak sushi atau menu lainnya," kata Dicky.

Tentang harga murah ini, Chef Uki punya rahasianya, yakni membayar pesanan bahan baku dari Jepang dengan pembayaran tunai dan tepat waktu sehingga penyuplai bahan baku mau memberi potongan harga. Selain itu, kata Uki, bahan baku yang mereka terima langsung dibersihkan dan masuk ke lemari pendingin. “Karena perawatan yang baik, usia ketahanan ikan bisa maksimal, misalnya sampai tiga hari. Jadi tidak ada yang mubazir.”

Suasana Umaku yang tidak kaku dan seperti di rumah membuat mereka nyaman duduk berlama-lama. Bercanda lepas tanpa takut ditunggu antrean tamu lainnya bisa dilakukan di Umaku.

"Apalagi kalau ada tamu Jepang, mereka suka membaca berita dari tempelan koran Jakarta Shinbun di dinding resto. Itulah keunikan kami," kata Chef Uki.

Daftar Harga di Umaku:

Volcano 4 potong Rp 35 ribu
Spider Roll 4 potong Rp 37 ribu
Salmon Maki 6 potong Rp 30 ribu
Tobiko Flying Fish Roe 2 potong Rp 21 ribu
Soba Moriawase Rp 33 ribu

www.tempo.co

Menikmati Sensasi Kopi Jos Lik Man

Kopi jos. Begitulah orang-orang menyebutnya. Para penggemar kopi di angkringan di Yogyakarta selalu berjubel duduk menikmati kopi khas itu.

Di sebelah utara Stasiun Tugu Yogyakarta, ada berderet angkringan tempat minum kopi. Kopi yang paling khas adalah kopi jos. Kopi ini diseduh dalam gelas yang diberi bara arang. Nah, suara bara arang yang masuk dalam minuman kopi berbunyi, "Josss..." Dari situlah minuman itu dinamakan.

Angkringan Lik Man yang berada di Jalan Wongsodirjan yang menempel di tembok luar stasiun itu yang pertama kali ada. Sejak 1970-an, angkringan tempat minum itu sudah ada. Nama Lik Man sendiri diambil dari nama Sisgiman, 62 tahun, sang pemilik angkringan. Namun saat ini yang menjalankan angkringan ini adalah Kobar, 42 tahun, menantu Lik Man.

"Dulu buka 24 jam, tetapi saat ini buka pada petang hingga pagi hari," kata Kobar sambil menyeduh kopi.

Khasiat kopi yang diberi bara arang itu diyakini bisa menghilangkan perut kembung, masuk angin, dan penyakit kurang enak badan. Kopinya pun juga kopi pilihan yang tradisional dari Klaten dan sekitar Daerah Istimewa Yogyakarta.

Tempat itu menjadi favorit nongkrong dari semua kalangan. Pejabat, seniman, budayawan, wartawan, mahasiswa, pekerja malam, hingga penjaja cinta. Di tempat itu pula, dari banyak obrolan, muncul ide-ide cerdas. Para mahasiswa yang nongkrong juga membicarakan skripsi.

"Ada penelitian dari mahasiswa Universitas Gadjah Mada, bara arang itu bisa mengurangi kadar kafein," kata Kobar, Kamis malam, 2 Februari 2012.

Para seniman yang sering nongkrong di tempat itu antara lain Marwoto Kawer, Butet Kartarejasa, Djaduk Ferianto, Emha Ainun Nadjib, dan lain-lain.

Harga segelas kopi jos hanya Rp 3.000, baik yang pakai arang maupun kopi yang tidak. Tetapi tidak perlu khawatir bagi yang tidak suka kopi. Ada juga minuman teh manis Rp 1.500, jeruk, jahe, serta wedang tape ketan Rp 2.500.

Makanan khas angkringan, tentu saja nasi kucing yang harganya hanya Rp 1.000 per bungkus, ada yang berlauk teri, sambal, dan oseng-oseng. Makanan kecilnya rata-rata seharga Rp 500 saja. Ada mendoan (tempe goreng tepung), tempe bacem, kepala ayam, tahu susur, rempeyek, kacang, juga ada jadah. Jika ingin disajikan panas, makanan gorengan itu bisa dibakar dengan arang yang juga untuk memanaskan air minum di angkringan itu.

Lik Man saat ini tidak lagi secara langsung menangani angkringan miliknya. Ia saat ini justru bertani di dusun asalnya di Jetis, Tugu, Cawas, Klaten, Jawa Tengah. Ia mewariskan usaha itu kepada anak, menantu, dan keluarga lainnya untuk meneruskan usaha itu.

"Sekarang bertani saja, kalau pendapatan dari angkringan ada lebihnya, saya juga diberi," kata Lik Man melalui telepon.

Ia berkisah, awalnya ia berjualan angkringan sejak tahun 1960-an. Sering berpindah dan bereksperimen membuat minuman, ia lalu mencoba memberi arang dalam minuman kopi. Ternyata sambutan pelanggannya sangat baik dan rasanya lebih enak. Yang masuk angin dan perut kembung bisa sembuh.

Saat ini, tidak hanya satu angkringan di sebelah utara stasiun itu. Muncul lebih dari 10 angkringan kopi jos yang setiap malam selalu ramai dikunjungi.

Semakin malam, deretan angkringan itu semakin ramai bahkan sampai waktu subuh. Yang usai dari tempat hiburan malam atau diskotek biasanya juga menunggu waktu pagi di angkringan itu. Apalagi mahasiswi yang usai berdugem, karena ada jam malam di kos-kosannya, nongkrong di tempat itu hingga pagi hari.

Soal pengamanan, tempat itu tergolong aman karena para pedagang angkringan dan tukang parkir kompak untuk menjaga keamanan di tempat itu. Para pengamen pun tertib. Hanya, jika sedang nongkrong di tempat itu, siap-siap uang receh untuk para pengamen.

Di tempat itu, para pengunjung bisa memilih duduk di kursi atau lesehan dengan tikar. Tergantung selera para pengunjung.

Cita Rasa Resto Bintang Lima di Tepi Pemakaman

Pernahkah Anda menyantap penganan di restoran mewah, katakanlah restoran bintang lima? Lalu, apakah Anda sudah merasakan sensasi makan di restoran yang berada di taman pemakaman? Kalau jawabannya belum, coba Anda datang ke Restoran La Collina yang berdiri di tepi taman pemakaman San Diego Hills Memorial Park, Karawang.

Jarak La Collina dengan deretan tanah kubur San Diego hanya sekitar setengah kilometer. Meski begitu, kesan angker atau menakutkan yang kerap timbul dari pemakaman tidak akan terasa. Sebab, restoran itu berdiri di atas bukit kecil dengan kolam renang di terasnya. Dan dari ruang makan La Collina, pengunjung bisa melihat danau buatan dengan deretan pohon rindang, tempat burung dara bertengger.

Tak ada aura menakutkan dari restoran tepi pemakaman itu.

Kala Tempo bertandang, 26 Januari 2012, koordinator La Collina, Tintin, menjelaskan bahwa makanan di restoran itu berkonsep Italia dan Indonesia. Karena itu, La Collina menawarkan sajian seputar pasta, pizza, ayam betutu, dan sup. Untuk menu pizza, La Collina memiliki satu menu spesial bernama Siciliana Pizza.

Layaknya pizza Italia pada umumnya, Siciliana disajikan dalam bentuk tipis, bukan roti yang tebal. Di atas Siciliana, sang chef hanya menaburkan lelehan saus keju mozzarella, remahan daun oregano, sedikit saus tomat, dan daging asap seukuran tomat iris.

Kalau dilihat, Siciliana Pizza ini sangat minimalis. Tidak banyak bahan yang dijadikan taburan atau topping di atasnya. Tapi, saat lembaran pizza mulai tergigit, hmmm… Rasa keju bercampur asam tomat mulai mengisi mulut. Lezat. Sedikit rasa ragi yang dikeluarkan lembar pizza juga terkecap di mulut. Sensasi terus berlanjut kala daging asap digigit. Meski hanya seiris, rasa daging begitu kental. Akhir kata, semua kelezatan itu ditutup dengan kriuk-nya pinggiran pizza yang dimasak garing.

Satu iris Siciliana Pizza cukup sebagai sebuah pembuka. Selanjutnya ada Lasagna al Forno. Entah apa arti dari kata al forno itu. Yang jelas, lasagna ini berupa pasta panggang dengan saus bolognaise yang penuh daging serta saus keju mozzarella dan daun peterseli. Bentuknya yang tebal pun membuat mulut langsung penuh, meski sebelumnya sudah dipotong kecil-kecil. Dan rasanya, yummy... Enak.

Tiap campuran dalam lasagna memberi rasa tersendiri di mulut. Ada asin keju, asam tomat, manis daging, sedikit rasa daun, serta kelembutan pasta. Membuat mulut ingin terus mengecap.

Kelar mengecap lasagna, Tempo pun mencoba menu andalan La Collina lainnya, yakni Spaghetti Carbonara. Berbeda dengan Spaghetti Bolognaise yang menggunakan siraman saus tomat dan daging giling, carbonara ini dipenuhi dengan krim susu yang diadon bersama kuning telur. Hasilnya adalah untaian spageti yang saling menempel lengket dengan taburan daging asap.

Satu suapan Spaghetti Carbonara rasanya lumayan. Kemudian dua, tiga, empat, dan suapan selanjutnya membuat mulut tak terlalu nyaman. Saus krim yang seharusnya menjadi andalan malah terasa tidak cocok di mulut. Kata Tintin, "Spaghetti Carbonara ini biasa dipilih pengunjung dari Eropa. Memang berbeda dengan orang Indonesia yang lebih memilih bolognaise. Mungkin karena orang kita tak terbiasa dengan saus krim."

Yah, makanan Italia sudah tercicip. Maka tidak afdol kalau belum memesan penganan Indonesia. Pilihan pun jatuh pada Sop Buntut. Kemudian datanglah semangkuk besar Sop Buntut, lengkap dengan sepiring nasi dan emping di pinggirnya. Sebelum menyantap sup dan nasinya, Tempo mencicipi dulu potongan buntut sapi itu. Rasanya empuk. Daging tebal di sekitar tulang ekor sapi begitu mudah dipotong dan dikunyah. Manisnya daging juga terasa. Meski kuah sup terasa terlalu manis, sajian ini tidaklah mengecewakan.

Menutup semua sajian itu, Tempo pun menyesap segelas La Collina Special. Minuman yang diracik dengan jus lemon, jus jeruk, irisan pisang, dan madu itu lantas meluruhkan segala lemak yang terasa di mulut. Begitu ringan dan segar.

Daftar harga di La Collina:
Spaghetti Carbonara Rp 54.900
Lasagna al Forno Rp 65.900
Siciliana Pizza ukuran besar Rp 79.500
Siciliana Pizza ukuran sedang Rp 72.500
Sop Buntut Rp 67.500
La Collina Special Rp 18.900

www.tempo.co

Sunday, February 12, 2012

Menengok Desa Tradisional Panglipuran di Bali

Unik. Itulah satu kata yang dapat menggambarkan Desa Penglipuran, Bangli. Bangunan khas Bali berjajar sepanjang lebih dari 500 meter. Jalanan desa yang sempit dan berundak-undak dilengkapi pintu gerbang yang tampak seragam. Tidak satu pun kendaraan bermotor boleh melintas di sini.

Desa adat Penglipuran merupakan salah satu dari sekian desa tradisional Bali yang sampai saat ini masih tetap dijaga keutuhannya. Nama penglipuran sendiri memiliki dua definisi. Pertama, penglipuran berasal dari kata penglipur yang berarti penghibur. Definisi lainnya menyebutkan penglipuran berasal dari kata pengling dan pura yang berarti ingat pada tanah leluhur.

Keseragaman pintu gerbang yang biasa disebut angkul-angkul itu memiliki daya tarik tersendiri. Tradisi keseragaman ini adalah simbol kebersamaan yang sudah ditanamkan sejak lama oleh nenek moyang masyarakat Penglipuran. Dalam tatanan bentuk dan letak rumah di masing-masing keluarga, masyarakat Penglipuran masih menaatinya.

Menurut tata ruang yang sebenarnya, rumah tradisional Bali terdiri dari tiga bagian utama. “Bangunan rumah umumnya sama seperti daerah lainnya, tetap menggunakan asta kosala kosali, ada tempat suci di bagian utara, kemudian dapur, lalu ada bale dangin dan bale dauh atau logi,” ucap I Wayan Supat, Kepala Desa Adat Penglipuran.

Pola hidup masyarakat Penglipuran masih memegang teguh kearifan lokal yang diwariskan leluhur mereka. Sebuah rumah contoh terdapat di sisi kanan pintu masuk Penglipuran. Rumah inilah yang menjadi acuan tatanan rumah kuno Penglipuran yang masih terjaga sampai saat ini.

Keunikan lainnya terlihat pada tatanan palemahan desa. Palemahan desa yang teratur dengan tempat suci pada hulu desa dan berada pada daerah yang lebih tinggi sesuai dengan manfaatnya untuk ketuhanan. Sedangkan pada bagian yang lebih rendah, berdiri sekitar 76 bangunan yang masih memiliki arsitektur yang sama dengan keunikan pintu angkul-angkul yang berbentuk sama di sisi barat dan timur.

Pada bagian hilir terdapat satu kavling tanah kosong yang disebut karang madu. Tempat ini akan digunakan jika nantinya ada orang Penglipuran yang melakukan poligami. Kearifan inilah yang diajarkan oleh nenek moyang mereka untuk menghormati perempuan.

Sistem pemakaman jenazah di Penglipuran pun tidak seperti Bali pada umumnya. Jika laki-laki yang meninggal dunia, saat pemakaman jenazahnya akan dikuburkan dalam posisi telungkup atau menghadap tanah. Sebaliknya jika seorang wanita yang meninggal dunia, jenazahnya akan dikuburkan dengan posisi tengadah atau menghadap langit. Tradisi ini sesuai dengan makna seorang laki-laki yang dilambangkan sebagai akasa (langit) dan wanita sebagai pertiwi (Bumi)

Menengok Kejayaan Zaman Kolonial di Kota Padang

Kota Padang menyimpan kenangan sejarah zaman Kolonial Belanda. Kota yang terletak di pesisir pantai barat Sumatera ini sepanjang abad ke-18 dan ke-19 tumbuh menjadi kota dagang, sekaligus kota militer Pemerintahan Hindia Belanda.

Di sepanjang Sungai Batang Arau hingga Pelabuhan Muaro sejumlah bangunan tua jadi saksi bisu jejak kolonial yang tertinggal. Dari Jembatan Siti Nurbaya terlihat jelas sisa-sisa kota tua di Jalan Batang Arau di sisi sungai.

Pada zaman kolonial, Jalan Batang Arau menjadi kawasan perkantoran pemerintahan, perdagangan, dan militer. Di jalan ini berderet bangunan-bangunan tua dan besar bekas kantor pemerintahan, perbankan, dan kantor dagang peninggalan VOC.

Bangunan yang menonjol adalah gedung NHM (Nederlansche Handels-Maatschappij), Padangsche Spaarbank, De Javansche Bank, dan NV Internatio yang didirikan sebelum 1920. Atap bangunan bergaya arsitektur neo-klasik dengan tinggi 24 meter dan berdinding permanen ini berbentuk gambrel dengan dua cerobong pada puncak atap sebagai tempat sirkulasi udara.

NHM adalah kantor dagang swasta yang juga menjadi tempat berkantor beberapa perusahaan swasta, asuransi, dan perbankan. Kini bangunan ini hanya dijadikan gudang oleh PT Panca Niaga. Di seberang gedung NHM ada kantor Bank Indonesia yang dulunya gedung De Javasche Bank. Gedung yang dibangun sekitar 1930 itu bergaya arsitektur tropis dengan bagian puncak atapnya menyerupai atap mesjid.

Masih di Jalan Batang Arau, berdiri kokoh Gedung Padangsche Spaarbank yang didirikan pada 1908. Gedung berlantai dua dengan tinggi 35 meter yang berdiri membelakangi sungai ini bergaya neoklasik yang mendapat pengaruh dari arsitektur art-deco.

Padangsche Spaarbank sempat dikelola Hotel Batang Arau hingga 2009. Hotel tua ini amat disukai turis asing yang surfing ke Mentawai. Di sebelah Spaatbank terdapat gedung NV Internatio, sebuah perusahaan dagang yang dibangun sekitar 1910. Gedung yang sekarang milik BUMN Cipta Niaga itu berarsitektur neoklasik bercampur modern yang berkembang sebelum 1920. Selain itu masih ada beberapa gedung tua lagi yang masih berdiri.

Selain di sepanjang Jalan Batang Arau juga masih ada lusinan gedung tua di sebelah selatan. Di antaranya tiga bekas pasar yang dulunya terkenal di pengujung abad ke-19 itu, yaitu Pasa Gadang (Pasar Hilir), Pasa Mudik, dan Pasa Tanah Kongsi.

Kawasan ini sekarang tak lagi menjadi pasar. Arsitektur bangunan yang unik dengan arsitektur campuran antara Arab, Melayu, Cina, dan Minangkabau masih asli dan terjaga. Sebanyak 74 bangunan di sini dijadikan Pemerintah Kota Padang sebagai benda bersejarah yang dilindungi.

Geotrek Rinjani Masuk 15 Destinasi Unggulan

Gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat (NTB)
Kawasan Geotrek Rinjani bakal jadi satu dari 15 unggulan destinasi pariwisata ke Indonesia. Boleh jadi karena keperluan pengusulan sebagai Geopark Rinjani, pemerintah meminta dilakukan penguatan kelembagaan.

Salah satunya, menurut pejabat fungsional Museum Geologi Bandung Heryadi Rachmat, pemerintah akan menjadikan Rinjani Trek Management Board (RTMB) sebagai contoh lembaga pengelola kawasan Taman Wisata Alam di Indonesia.

RTMB merupakan gabungan kemitraan dari Taman Nasional Gunung Rinjani, industri pariwisata dan masyarakat setempat. Di dua lembah Rinjani, yaitu masing-masing dibentuk kelembagaan Rinjani Trek Centre (RTC) di Senaru dan Rinjani Information Centre (KI) di Sembalun Lawang. "Ini akan menjadi contoh pengelolaan kawasan wisata di Indonesia," kata Heryadi Rachmat kepada Tempo, Jumat, 25 November 2011.

Selesai mengikuti pameran World Nature and Cultural Heritage selama tiga hari, 22-25 November di Bali, Manajer RTMB Asmuni di Mataram juga menjelaskan bahwa selama ini juga telah dibentuk Koperasi Citra Wisata di Senaru yang memiliki lebih 170 porter sebagai anggotanya.

Selain itu, di Sembalun juga terbentuk Koperasi Sinar Rinjani yang anggotanya 150-an orang. "Di situ juga ada pembekalan mengenai vulkanologi dan geologi. Bukan sekedar informasi ketinggian gunung saja,’’ ujarnya. Selama ini kurang pengetahuannya tentang kegunungapian Rinjani.

Seperti diketahui, terkenalnya keindahan Danau Kaldera Segara Anak telah menyebar ke mancanegara. Ramainya peminat pendakian telah menjadikan Gunung Rinjani, yang merupakan taman nasional, harus dikelola dengan lebih baik.

Dengan terbentuknya RTMB yang sebenarnya merupakan forum kepedulian dari berbagai pemangku kepentingan atas Rinjani, yaitu pihak TNGR sendiri, Dinas Pertambangan dan Energi serta Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), asosiasi pemandu wisata, lembaga-lembaga swadaya masyarakat, klub-klub pencinta alam, serta masyarakat lokal yang telah turun-temurun mendiami kaki dan lereng bawah Gunung Rinjani, maka pengelolaan trekking ke Gunung Rinjani akan lebih terkoordinasi.

Gunung Rinjani (+ 3.726 m di atas permukaan laut) di Pulau Lombok adalah salah satu gunung api aktif itu. Gunung api yang menjadi tertinggi kedua di Indonesia setelah Gunung Kerinci (+ 3.805 m dpl) di Jambi-Sumatera Barat, merupakan gunung api indah dan tergolong mempunyai Danau Kaldera yang langka.

Selama pengelolaannya, Rinjani telah mengantongi dua penghargaan, yaitu World Legacy Award untuk kategori Destination Stewardship dari Conservation International and National Geographic Traveler 2004 dan Tourism for Tomorrow Award pada 2007 lalu.

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (Pemprov NTB) diminta menyusul memberikan dukungan untuk mengajukan Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) sebagai geopark. Setelah Batur Geopark dan Pacitan Geopark didaftarkan ke UNESCO Global Network of National Geoparks, Indonesia juga mengusulkan Marangin di Jambi.

Sebelumnya, Kementerian Kebudayaan dan Parwisata sudah memberikan dukungan usulan Batur Geopark dan Pacitan Geopark ke Global Earth Observation Section, Division of Ecological Correlation and Earth Sciences UNESCO-International Geological Programme (IGCP). Persyaratannya harus mengisi formulir khusus, memberi narasi, dan self-evaluation.

Geopark adalah salah satu destinasi geowisata (geotourism). Kecenderungan dunia untuk mengkonservasi warisan budaya dan alamnya menjadi landasan mengapa geopark harus terbentuk. Pentingnya status geopark adalah untuk bisa meningkatkan pertumbuhan kepariwisataannya.

Jaringan 53 geopark yang ada sekarang ini di seluruh dunia mendapat perhatian penuh UNESCO, terutama dalam bantuan penanganannya, serta secara otomatis akan terdaftar sebagai destinasi geowisata dunia.

Dalam rangka penyusunan data dan informasi untuk pengajuan Rinjani sebagai geopark, maka telah dilakukan observasi geologis di Gunung Rinjani dan sekitarnya. Observasi dilakukan oleh empat ahli geologi, yaitu Heryadi Rahmat dan Kun Dwi Santoso (Dinas Pertambangan dan Energi NTB), Igan S. Sutawijaya dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi, dan Budi Brahmantyo (Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, ITB).

Obyek-obyek yang diobservasi meliputi beberapa air terjun yang berada di kaki Gunung Rinjani serta pelaksanaaan trekking dari Senaru, naik ke Plawangan, menuruni Danau Segara Anak, naik kembali ke Plawangan Sembalun, dan turun ke arah Sembalun.

Asyiknya Menyelam di Perairan Pulau Mansinam

Menyelam di Pulau Mansinam di Kabupaten Manokwari, ibu kota Papua Barat
Adakah tempat menyelam yang lebih indah dari Raja Ampat di Papua Barat? Oh...masih banyak, jangan khawatir, masih ada puluhan. Provinsi ini menyiapkan lahan mahaluas untuk dinikmati keindahannya. Sebut misalnya, Kaimana atau Taman Nasional Teluk Cendrawasih (TNTC).

Namun kalau Anda seorang pencinta laut atau penyelam, Papua Barat juga memberikan hidangan alam bawah laut yang aduhai menggiurkan. Satu di antaranya Pulau Mansinam di Kabupaten Manokwari, ibu kota Papua Barat.

Bila dibandingkan dengan Raja Ampat, pulau ini hanya kalah pamor di pemberitaan media massa. Namun jika disetarakan soal keindahan bawah lautnya, Pulau Mansinam tak kalah menarik.

Mari kita tengok keunggulan pulau seluas 410 hektare yang terletak di Teluk Doreh ini. Untuk menuju ke pulau ini, setelah pelancong turun dari pesawat di Bandar Udara Rendani yang berjarak enam kilometer dari Kota Manokwari, wisatawan dapat menyewa perahu tradisional atau long boat dengan bayaran Rp 15 ribu dari Pantai Kwawi.

Ketika tiba di Pulau Mansinam, turis domestik maupun mancanegara pertama kali bakal melihat Gereja Pengharapan (Krek der Hopen), dipercaya sebagai tempat peribadatan umat Kristiani tertua di Papua. Gereja ini didirikan pada 5 Februari 1855 oleh pengabar Injil asal Jerman, C.W. Ottow dan Johann Gottlob Geissler saat menginjakkan kakinya di Pulau Mansinam.

Bagi penyuka laut, Pulau Mansinam sangat pas. Betapa tidak, kendati pelancong tak memiliki keterampilan diving (menyelam), boleh mencoba menikmati alam bawah laut dengan cara snorkling alias berenang di atas permukaan laut menggunakan masker, snorkel, dan fin (kaki katak). Tetapi kalau belum puas dan Anda memiliki sertifikat menyelam, silakan selami keelokan Pulau Mansinam.

Di sini, saat divers menyelam akan bertemu dengan aneka ikan laut warna-warni, kuda laut loncat-loncat, dan beragam jenis terumbu karang. Semua pemandangan elok itu bisa dilihat di kedalaman hanya lima meter dari permukaan laut.

Tak cukup? Di Pulau Mansinam tersedia pula shipwreck alias bangkai kapal laut yang diyakini oleh penduduk setempat milik tentara Jepang yang ditembak jatuh oleh pasukan sekutu pada Perang Dunia II. Shipwreck biasanya menjadi obyek menyelam paling menarik bagi para penyelam.

"Bangkai kapal ini milik Jepang yang jatuh pada Perang Dunia II," kata Mulyadi, seorang penyelam di Manokwari yang sekaligus menjadi buddy Tempo ketika menyelam di pulau ini, Juni lalu.

Seluruh badan bangkai kapal yang karam di kedalaman 20 meter ini sudah tak utuh lagi, kendati bentuk kapal masih jelas. Beberapa bagian terkoyak entah karena tembakan senjata pasukan sekutu atau sebab lain. Tapi yang jelas, shipwreck ini telah ditumbuhi aneka tanaman laut dan terumbu karang. Saat Tempo mencoba menyelam dan mengelilingi sekujur tubuh kapal, aduh.....indah sekali. "Aneka ikan warna-warni bermain di terumbu karang yang tumbuh di atas dek kapal."

Hayuukkk…., luangkan waktu untuk bermain-main dan menyelam di Pulau Mansinam. Anda tak perlu repot-repot bawa perlengkapan diving. Kantor Taman Nasional Teluk Cendrawasih dan PMI Manokwari siap membantu menyediakan semua peralatan yang dibutuhkan sekaligus menjadi pemandu. Bila tak cukup, Tempo siap menemani Anda menyelam.

Samosir Disiapkan Jadi Taman Geologi Dunia

Ledakan Gunung Toba yang terjadi sekitar 75 ribu tahun lalu hampir memusnahkan umat manusia. Kini Pemerintah Kabupaten Samosir berupaya menjadikan pulau yang terletak di tengah Danau Toba itu menjadi salah satu simpul geologi dunia.

Menurut Bupati Samosir Mangindar Simbolon, Pemerintah Kabupaten telah mendapat laporan mengenai fakta geologi kawasan tersebut dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Maklum saja, penelitian geologi untuk kawasan Pulau Samosir adalah yang terlengkap dibandingkan kawasan lain di sekitar Danau Toba.

Beberapa fakta yang terungkap adalah munculnya batuan dasar bumi berusia 300 juta tahun setelah terjadi ledakan. Batuan tua ini menjadi salah satu obyek penelitian penting dalam mengungkap kejadian Ledakan Gunung Toba.

"Samosir menjadi begitu penting bagi penelitian geologi, sehingga diajukan masuk sebagai jaringan Geo Park dunia," ujar Mandindar kepada wartawan di Gedung BPPT, Jakarta, Rabu, 30 November 2011.

Geo Park Samosir nantinya disusun oleh 35 titik penting atau disebut sebagai geo site. Di setiap titik akan menjadi lokasi edukasi dan penelitian yang bisa dikunjungi masyarakat dan peneliti. Masyarakat dilibatkan sebagai pemandu dan penjaga setiap situs geologi ini.

Sebuah pusat informasi akan didirikan di kaki Gunung Pusuk Buhit yang terletak di tengah Danau Toba. Di lokasi ini akan dibangun denah sebaran geo site berikut penjelasan geologinya. Gunung ini memegang posisi penting bagi masyarakat Samosir karena dianggap sebagai tempat munculnya nenek-moyang mereka.

Mangindar sendiri berencana mulai membangun Geo Park tahun depan. Dana sebesar Rp 20 miliar disiapkan untuk membangun keseluruhan kompleks. Untuk pengerjaan proyek Geo Park, Pemerintah Kabupaten Samosir meminta bimbingan dari BPPT.

Asyiknya Menyusuri Perut Bumi Gombong Selatan

Tanpa rasa takut, Fauzy Zulvikar, 20 tahun, nyemplung ke Sendang Mawar di Gua Jatijajar Kebumen akhir pekan lalu. Berkali-kali, ia membasuh muka dengan air sendang yang mengalir deras. Bening tanpa sampah, mengalir di sela-sela stalakmit gua itu.

“Biar awet muda dan tambah ganteng,” ujar Bang Ozi, panggilan akrab Fauzy, meniru iklan goyang gayung di televisi, saat mengunjungi Gua Jatijajar.

Bang Ozy bersama puluhan kawan satu kampusnya sengaja berlibur ke Gua Jatijajar untuk melihat eksotisme gua karst Gombong Selatan. Kawasan karst yang membentang di perairan selatan Kebumen itu berjarak sekitar 40 kilometer dari pusat kota Kabupaten Kebumen.

Ratusan gua yang layak dijadikan wisata petualangan ada di kawasan ini. Hamparan pantai selepas pegunungan karst, juga menambah lengkap agenda liburan.

Agus Rasono, 50 tahun, juru kunci Gua Jatijajar mengatakan, kawasan gua akan banyak didatangi pengunjung saat hari libur. “Ada yang sengaja untuk melihat keindahan gua, ada juga yang sengaja ingin semedi,” katanya.

Seperti halnya di Gua Jatijajar yang mulai dibangun sebagai obyek wisata pada tahun 1975. Selain pemandangan stalaktit dan stalakmit, yang paling terkenal stalakmit Kurungan Ayam, di gua ini juga ada beberapa sendang atau kubangan air yang dipercaya mempunyai khasiat terntentu.

Selain itu, ratusan patung yang mengisahkan cerita Kamandaka juga menjadi pemandangan tersendiri di gua itu. Kisah Kamandaka atau dikenal dengan kisah lutung kasarung menjadi visualisasi di gua itu. Banyaknya patung kera, kata Agus, merupakan gambaran perwujudan lain dari Kamandaka. Kisah itu sendiri bersumber dari Babad Pasir Luhur yang merupakan cikal bakal lahirnya Kadipaten Banyumas.

Waktu itu, gua Jatijajar digunakan Kamandaka untuk semedi mencari wangsit. Selain Kamandaka, ada juga patung Dewi Nawang Wulan sedang berendam di sendang kanthil dan mawar.

Air dari Sendang Kanthil dipercaya bisa membuat orang yang membasuh mukanya dengan air sendang itu akan menjadi cantik atau ganteng. Sementara sendang Mawar dipercaya bisa membuat orang awet muda. “Nalarnya, air dari pegunungan karst mempunyai kandungan mineral tinggi sehingga bagus untuk tubuh,” katanya.

Selain dua sendang itu, ada juga sendang Paser Bumi dan Jombor yang khusus digunakan orang untuk bersemedi. Dua sendang itu pintu masuknya dikunci dan tidak diperboleh dimasuki oleh sembarang orang. Biasanya, orang yang bersemedi ingin jabatannya naik atau perdagangannya lancar. Selama tiga hari tiga malam, orang itu ngebleng atau berdiam diri di sendang yang cukup gelap itu.

Bahkan, kata Agus, Sri Sultan Hamengkubono IX pernah bersemedi di tempat itu. Konon, Sri Sultan hendak bertemu dengan penguasa pantai laut selatan, Nyi Roro Kidul. Ia percaya, sungai-sungai yang mengalir di tengah gua, bermuara di pantai laut selatan.

Gua Jatijajar sendiri ditemukan tahun 1802 oleh Djaya Menawi yang juga kakek buyutnya Agus. Ia adalah pemilik lahan di atas gua. Saat itu, ia tak sengaja menemukan gua. Sebuah lubang dengan kedalaman 24 meter membuatnya terperosok dan ia pun jatuh ke dalam gua. Beruntung ia tersangkut di akar pohon besar.

Jatijajar sendiri berasal dari kata Jati dan Jajar. Dulunya, di mulut gua ada dua batang pohon Jati berukuran raksasa tumbuh berjejer. Kelak nama gua dan desa itu menjadi Jatijajar. Dua pohon jati itu lantas ditebang dan dijadikan tiang pendopo Kadipaten Ambal.

Di pintu masuk gua, nampak ratusan tulisan tangan memenuhi dinding gua. Tulisan itu merupakan bentuk kenarsisan orang-orang Belanda dan penggede keratin yang mengunjungi tempat itu. “Tulisan dari pengunjung mulai ada tahun 1812 berisi nama-nama mereka. Tulisan itu tidak boleh dihapus karena merupakan bukti sejarah,” katanya.

Bahkan, tahun 1979, serombongan turis Belanda yang rata-rata sudah berumur 90-an pernah berwisata nostalgia ke gua itu. Mereka membaca kembali tulisan-tulisan mereka yang pernah ditorehkan di dinding gua.

Belanda, waktu itu sedang membangun jalan Deandels yang membentang dari Anyer hingga Panarukan melintasi Kebumen. Nama-nama pejabat Keraton Jogjakarta juga terpampang di dinding itu. Di situ tertulis tanggal, 21 Juni 1931.

Agus mengatakan, saat Jepang berkuasa, mereka memanfaatkan kotoran kelelawar untuk dijadikan pupuk. Dulu, kata dia, ada ribuan kelelawar tinggal di situ. “Sekarang tinggal ratusan saja,” katanya.

Kepala Pengelola Kawasan Jatijajar, Suyatno mengatakan, tahun 1981 pemerintah membangun jalan tembus untuk keluar gua. “Sebelum dibangun jalan tembus, pengunjung harus kembali ke mulut gua yang panjangnya sekitar 350 meter,” katanya.

Ia menyebutkan, kawasan itu mempunyai luas sekitar lima hektare. Selain jembatan dan jalan yang memudahkan pengunjung berkeliling gua, pengelola juga membangun pasar tradisioanal yang khusus menjajakan kerajinan tangan dan souvenir khas Kebumen.

Suyatno menambahkan, di kawasan karst Gombong Selatan terdapat sekitar 175 gua. Selain gua Pteruk, ada juga gua dempok, intan, titukan, barat, simpenan, gelatik dan lainnya. Gua tersebut masih alami sehingga biasa dimanfaatkan untuk penelitian atau olahraga caving atau susur gua.

Ia menceritakan, dulunya kawasan itu pernah akan ditambang kapurnya. Namun banyak yang menolak karena bisa merusak lingkungan dan mengancam ketersediaan air bersih di Kebumen. Menurutnya, dari sebuah hasil penelitian, di kawasan itu ada sebuah danau raksasa yang terletak di bawah kawasan karst.

Jika kawasan itu dipapras dan ditambang kapurnya, dikhawatirkan bisa menyedot persediaan air bersih. Lingkungan menjadi kering dan petani tak bisa mengolah lahannya karena air habis.

Ia menambahkan, aliran air melalui stalaktit dan stalakmit bisa dijadikan indikator lingkungan. ia menambahkan, dulunya air masih mengucur deras dari ujung stalaktit menandakan lingkungan di sekitar gua masih ijo royo-royo. Namun saat ini, air sudah tidak mengalir lagi. “Secara teori, gua ini sudah mati. Tidak ada air lagi yang mengalir. Stalaktit dan stalakmit sudah tak mungkin tumbuh,” imbuhnya.

Karena itu, saat ini Gua Petruk yang mempunyai panjang dua kilometer tidak dibangun untuk pariwisata. Gua Petruk sendiri hanya digunakan untuk penelitian sehingga proses pembentukan stalaktit dan stalakmit selama ribuan tahun akan terus terjadi.

Random Post