Custom Search

Monday, February 13, 2012

Secangkir Kopi Gembira di Kawangkoan

Indonesia boleh bertepuk dada soal kekayaan alam karena negeri gemah ripah loh jinawi ini memiliki ragam kopi yang tumbuh di berbagai wilayah Nagroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Lampung, Sulawesi Selatan, atau Nusa Tenggara Timur. Namun dari keragaman itu ada terselip cerita bahwa kopi Minahasa di Provinsi Sulawesi Utara, yang juga memiliki cita rasa khas, alpa diwartakan.

Agak sulit memang menceritakan kekhasannya sebelum kita bertandang ke daerah yang memiliki suhu udara 18 derajat Celsius ini. Jika Anda melancong ke Manado, ada baiknya singgah sejenak ke Rumah Kopi Gembira Kawangkoan di Minahasa untuk mencoba kopi khas daerah ini. Hanya membutuhkan waktu tempuh satu jam dari Manado ke Minahasa atau setengah jam dari Kota Tomohon.

Kedai kopi ini didirikan oleh Ipthae Hang pada 1946 di Kota Kawangkoan, jalan utama Manado-Minahasa. Kini warung kopi tersebut dikelola oleh cucu Ipthae, yaitu Silvana Soesanto.

Menurut pengakuan perempuan 48 tahun itu dia sengaja mempertahankan ciri khas rasa dan cara memasak kopi yang dirintis kakeknya.

“Saya mendatangkan biji kopi pilihan dari Kotamobagu, Bolaan Mongondo, seperti yang dilakukan kakek. Selanjutnya, biji kopi itu saya simpan hingga memiliki kekeringan tertentu,” ujar ibu dua anak ini kepada Tempo, pekan lalu.

Untuk menyimpan biji kopi, tutur Silvana, membutuhkan waktu 10 tahun agar aroma khas kopi keluar ketika didihkan dengan air. “Supaya aroma kopi terasa wangi ketika diseduh dengan air panas.”

Cara memasak kopi di Rumah Kopi Gembira Kawankoan juga masih tradisional kendati zaman sudah maju. Silvana tak menggunakan kompor atau panci untuk mendidihkan air.

Ini pun, jelasnya, demi mempertahankan cita rasa khas kopi agar tak hilang. Mereka menggunakan tungku yang dipanaskan dengan kayu bakar. “Ceret yang saya gunakan terbuat dari kuningan peninggalan kakek. Kalau bocor kami tambal,” ucapnya.

Tak pelak, dengan cita rasa dan kekhasan inilah Rumah Kopi Gembira Kawangkoan tersohor di hampir seluruh kota di Sulawesi Utara. Dari gubernur, bupati, anggota DPRD setempat, atau pelancong dari luar Kota Kawangkoan, menyempatkan mampir ke kedai ini untuk sekadar mencicipi kehangatan kopi.

Fian, salah seorang karyawan PT Newmont Minahasa Raya, mengakui kenikmatan kopi racikan Silvana. “Saya sangat suka kopi ini, Ketika dalam perjalanan menuju Buyat atau Rakatotok dari Manado, saya suka singgah di warung kopi ini. Rasa kopinya tak seperti di warung kopi lainnya,” kata Fian kepada Tempo.
Pengakuan Fian diamini wartawan harian bisnis di Jakarta, Rani JD, yang sempat menikmati sajian Rumah Kopi Gembira Kawangkoan. “Memang rasanya lain dibandingkan dengan kopi dari daerah lainnya,” ucap Rani yang sempat membungkus satu kilogram biji kopi untuk oleh-oleh temannya di Jakarta.

Silvana tak menjelaskan detail omzet penjualan kopinya. Ia hanya mengatakan Sabtu atau Minggu Silvana bisa menjual 500 gelas kopi per hari dengan harga Rp 5.000 per gelas. “Kalau hari biasa, sekitar 200 gelas per hari,” katanya. Nah, maukah Anda bergembira bersama Rumah Kopi Gembira Kawangkoan?

0 comments:

Post a Comment

Random Post