Custom Search

Sunday, February 12, 2012

Piknik Asyik di Pemakaman San Diego Hills

Sesosok anak perempuan berlari kecil di hamparan rumput hijau. Sesekali dia masuk ke jalan setapak, kadang juga berhenti untuk melihat bunga yang mekar di sana. Kala lari, rambut pendek si kecil tersapu embusan angin. Tawa riang tak pernah lepas dari wajah polosnya.

Usia si anak kira-kira 1,5 tahun. Namanya Holy Gracia Angel Far Far. Holy tak sendiri. Ada ayah, ibu, dan sang nenek yang berjalan mengiring dirinya.

Menjelang puncak bukit kecil, Holy mendekati sepetak tanah kubur berhias batu nisan dengan tulisan, Octavianus Far Far. Holy cium foto lelaki pada batu nisan itu. "Selamat ulang tahun opa," kata dia.

Sejurus kemudian, sang nenek, Sally Far-Far, ikut mendekati makam suaminya. "Selamat ulang tahun pa. Saya sama anak-anak dan Holy datang nih," ujar Sally seraya mengelus nisan suaminya. Ya, hari itu adalah tanggal kelahiran almarhum Octavianus. Purnawirawan polisi itu mengembuskan napas terakhirnya pada 26 November 2010 karena sakit.

Setelah anak, menantu, cucu, dan sanak saudara menyapa Octavianus, Sally pun menggelar selembar kain di sisi makam dan menata makanan yang dibawanya. Karena hari itu peringatan kelahiran sang suami, perempuan 55 tahun tersebut tak lupa membawa kue tart cokelat. "Kami rayakan ulang tahun bapak di sini," kata Sally.

Bersama anak-cucunya, Sally kerap mendatangi tanah kuburan Octavianus yang berada di San Diego Hills Memorial Park, Karawang. "Tiap tanggal 26 saya ke sini." Tidak hanya datang untuk berziarah, mereka juga piknik di sana. Kenapa Sally piknik di taman pemakaman? Alasannya, karena San Diego Hills Memorial Park tidak seperti kuburan pada umumnya yang menyeramkan. Suasana San Diego yang dibuat sedemikian rupa membuatnya seperti taman bunga.

Hamparan rumput hijau nan empuk seperti lapangan golf, jalan setapak yang dicetak dengan semen, dan sejumlah pohon bunga menyulap San Diego jauh dari kesan angker. Bahkan beberapa bangku dari batu bata dengan lapisan semen abu-abu, tebaran baru koral, serta patung malaikat menjadikan kawasan pemakaman itu cocok untuk lokasi pemotretan. Suasana seperti itulah yang membuat Sally dan keluarganya betah berlama-lama di makam Octavianus.

"Sekali datang, kami bisa menghabiskan waktu 2-3 jam di sini. Kalau ke pemakaman umum, paling lama 15-20 menit," kata Sally. Pengelolaan San Diego Hills seperti bukit taman itu pun membuat Sally tidak segan membawa serta cucunya yang masih balita. "Holy malah suka diajak ziarah. Kadang dia yang mengingatkan saya untuk mengunjungi opanya," ujar dia.

Di San Diego, Holy memang tidak datang hanya untuk mendoakan sang kakek saja. Bocah itu juga mengejar burung dara, memetik bunga krisan, menyantap makanan kesukaannya di Restoran La Collina, atau bermain air di kolam renang yang ada di sana. Suasana sedemikian rupa sengaja disuguhkan oleh si empunya taman pemakaman, Mochtar Riady, pendiri sekaligus CEO Grup Lippo.

Kata Suziany Japardy, Direktur San Diego Hills, ide membangun kawasan tersebut berawal kala Mochtar merasa tidak nyaman ketika mengunjungi makam orang tuanya di Jawa Timur. Selama berziarah, Mochtar merasa sedih melihat kondisi pemakaman yang dipenuhi pengemis, rusaknya jalanan, dan tak ada fasilitas umum, seperti toilet.

Kondisi itulah yang menurut Mochtar membuat makam hanya sekadar pengingat bagi orang tua. "Anak kecil dan kaum muda malas berlama-lama berziarah, jadinya merenggangkan persaudaraan di generasi yang lebih muda," kata Suzi.

Karena itu Mochtar memindahkan makam orang tuanya ke tanah pribadinya di Karawang, Jawa Barat. Dia pun mendapat ide untuk mengelola lahan seluas 500 hektare itu menjadi taman pemakaman. Dan simsalabim. Berdirilah San Diego Hills Memorial Park pada 2007. "San Diego itu City of God," ungkap Suzi.

San Diego Hills tidak hanya dikhususkan bagi mereka yang memiliki makam anggota keluarga di sana. Masyarakat umum pun diizinkan berkunjung, tapi bukan di taman pemakamannya, melainkan pada kompleks perkantoran. Di kompleks itu, Mochtar menyediakan restoran La Collina yang menyediakan makanan ala Italia dan Nusantara; kolam renang; danau buatan; dan jogging track. Untuk berenang, pengunjung hanya dipungut bayaran Rp 20 ribu pada hari kerja dan Rp 25 ribu di akhir pekan.

"Pengunjung juga bisa menyewa sepeda seharga Rp 20 ribu per jam atau perahu dayung Rp 50 ribu untuk dua orang," kata Suzy.

Telah satu tahun Octavianus pergi, namun Sally dan keluarganya tak pernah bosan datang ke San Diego Hills. Dan bulan depan, tepatnya tanggal 26, Sally akan kembali mengunjungi makam suaminya itu. Kata dia, sejauh ini tidak ada keluhan untuk pengelolaan taman makam itu. Semua terkelola dengan baik dan rapi. "Hanya perlu lampu taman. Jadi kalau ada keluarga mendadak datang, bisa berziarah di malam hari," ujar dia.

Ke depan, Sally berencana menggelar perhelatan pernikahan anak keduanya, Ade Luther Far Far, di San Diego. Kebetulan pengelola juga menyediakan sebuah kapel di sana. "Kata Ade, tempatnya bagus untuk menggelar pernikahan ala pesta taman. Tapi nanti, kalau jodohnya sudah ada," ujar Sally.

0 comments:

Post a Comment

Random Post