Custom Search

Sunday, February 12, 2012

Serunya Nonton Pacu Jawi di Lereng Gunung Marapi

Menggigit ekor sapi hidup? Wuiihh... menjijikkan. Begitu tanggapan saya saat mendengar cerita dari seorang teman yang pernah nonton Pacu Jawi. Tak terbayang ada orang yang mau menggigit ekor sapi hidup yang berlumpur, berbulu, bau lagi. Kalau sop buntut sih lain ceritanya.

Tontonan unik ini bisa dilihat dalam acara Pacu Jawi di lereng Gunung Marapi, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat, yang kerap diadakan seusai panen padi. Dalam arena itu sang joki akan menggigit ekor sapi keras-keras agar sapinya berlari kencang. Orang Minang menamai sapi dengan jawi, jadi acaranya namanya Pacu Jawi.

Rasa penasaran ingin nonton Pacu Jawi akhirnya kesampaian. Rupanya ada atraksi Pacu Jawi di Nagari Sungai Tarab. Kini masyarakat sedang keranjingan membuat acara Pacu Jawi di nagarinya begitu usai tanam padi lantaran semakin banyak ditonton untuk hiburan anak nagari.

Tempatnya jauh di tengah areal pesawahan yang berundak di kaki Gunung Marapi. Perlu ekstra kerja keras untuk mencapai lokasi karena harus berjalan di pematang sawah dan kubangan lumpur. Di Sungai Tarab, Gunung Marapi terlihat lebih menjulang dari biasanya karena sebagian punggungannya tertutup kabut.

Di depannya terbentang sawah yang berundak, dan ada sepetak sawah yang cukup lebar dengan panjang sekitar 60 meter yang akan digunakan untuk Pacu Jawi. Tanahnya berlumpur halus dan cukup dalam karena sudah empat pekan dijajal puluhan sapi yang ikut Pacu Jawi. Di lokasi Pacu Jawi ini tidak tercium lagi aroma kotoran sapi, tapi yang ada aroma lumpur sawah yang segar.

Suasana keceriaan dialek Nagari terasa kental, tiupan saluang mengalun riang diiringi gendang. Ibu-ibu membawa nampan yang tudungnya berhias berisi makanan ringan. Puluhan ekor sapi yang akan berpacu juga terlihat dipersiapkan pemiliknya untuk siap bertanding di lapangan.

Rupanya ini acara penutupan karena belasan sapi jantan sudah dirias seperti pengantin. Mulai dari kepalanya yang dihias rangkaian bunga plastik, tanduknya yang dibalut kain beludu bersulam, dan seluruh tubuhnya dipakaikan kain aneka warna. Itu tandanya sapi tuan rumah dari Sungai Tarab. Paginya mereka sudah diarak keliling kampung yang menandakan penutupan acara Pacu Jawi yang sudah berlangsung empat pekan setiap Sabtu.

Ada empat kecamatan yang punya tradisi Pacu Jawi di Tanah Datar, yaitu Sungai Tarab, Pariangan, Rambatan, dan Lima Kaum. Keempat daerah ini ada di lereng Gunung Marapi. Pacu Jawi ini dilaksanakan usai panen padi dan tempatnya digilir tiap kecamatan yang dilaksanakan selama empat pekan setiap Sabtu.

“Pacu jawi ini sudah ada dari dulu, tapi belum seramai sekarang. Ini untuk menaikkan harga jawi. Kalau bagus larinya, harganya bisa sampai Rp 20 juta, lebih mahal dari harga pasaran yang hanya Rp 5 sampai Rp 7 juta,” kata Justiar, warga Koto Hiliang yang ikut Pacu Jawi. Ia membawa sapinya yang bernama Merica yang berusia 2 tahun 6 bulan.

“Walaupun kecil dia hebat, larinya kencang. Jadi saya namai merica. Kalau ada yang mau beli Rp 15 juta saya lepas,” kata Justiar. Dalam Pacu Jawi ini Merica akan tandem dengan Tando, seekor sapi jantan yang punya tanda totol hitam di kakinya milik kerabat Justiar.

Untuk meningkatkan stamina sapinya, sebelum dibawa berpacu, sapinya tidak diberi rumput, tapi makan telur dan madu yang dicampur minuman berenergi.

Akhirnya acara yang ditunggu-tunggu tiba. Saya mengambil tempat di dekat garis start. Ingin melihat saat-saat penting ketika sang joki menggigit ekor sapinya. Aturannya, dua ekor sapi masing-masing diberi kala, atau kayu bajak, yang akan diinjak kaki kanan dan kiri sang joki. Joki mengendalikan sapi dengan menarik kedua ekor sapinya. Sapi yang dilepaskan hanya sepasang, dan tidak ada lawannya.
Yang dianggap juara adalah sepasang sapi yang larinya lurus, tidak berbelok ke sawah sebelah, dan jokinya tidak jatuh. Tidak ada pemenang karena penonton yang menyaksikan sapi siapa yang paling jagoan. Tentu saja setelah itu harga sang jagoan menjadi lebih tinggi.

Terjadi keributan kecil di lokasi start karena sapi-sapi itu sulit diatur. Tiba-tiba saja seekor sapi berlari karena tak sengaja bajaknya terinjak oleh joki. Ini soal insting sapi. Sebab setiap bajaknya diijak, sapi merasa itu saatnya berlari. Makanya joki-joki harus memegang bajak dan tidak meletakkannya di lumpur agar sapi tidak lari sebelum pertandingan dimulai.

Pacu Jawi dimulai dengan diiringi teriakan "Heyahhh..!" dari pemimpin lomba. Teriakan yang membuat kedua sapi lari kencang. Di sinilah unik dan lucunya, ada cipratan lumpur di mana-mana, wajah dan tubuh joki bersimbah lumpur sawah.

Ada joki yang langsung terpental jatuh karena kedua sapi berlari sangat kencang. Ada joki yang terjatuh karena hanya salah satu sapi yang lari kencang. Dan, ini yang saya tunggu-tunggu, di antara hujan cipratan lumpur telihat seorang joki yang berusaha mengendalikan kedua sapinya dengan menarik ekor dan menggigit salah satu ekor sapi. Akhirnya dua sapi dan jokinya sukses sampai ke ujung yang disambut sorakan penonton.

Namun gigitan joki pada ekor sapinya itu ada juga yang tidak sukses. Ada sapi yang kelihatannya marah sekali dan berlari kencang berbelok ke sawah orang nyaris menabrak penonton di pematang.

Usai bertanding, saya bertanya pada salah satu joki soal ekor sapi yang digigit itu. Kenapa ekor jawi-nya mesti digigit?

“Ini sudah biasa dalam pertandingan. Apalagi sehari-hari saya main dengan sapi itu, membajak sawah, menggigit ekornya itu pun kalau terpaksa. Biasanya agar lari kencang saya hanya menarik ekornya. Tapi kalau salah satu sapi saja yang lari kencang, terpaksa saya gigit ekor sapi satunya lagi agar larinya sama,” kata Yoyon, 18 tahun, salah satu joki.

Di Tanah Datar ajang Pacu Jawi ini tak lagi sekadar acara hiburan dan bisnis jual-beli ternak tradisional. Tapi sudah dimasukkan ke dalam salah satu cabang olahraga. Kegiatan ini dikelola Persatuan Olah Raga Pacu Jawi (PORWI) Kabupaten Tanah Datar, di bawah naungan KONI (Komite Olahraga Nasional Indonesia) kabupaten itu.

Tentu saja ajang Pacu Jawi masuk dalam salah satu event wisata favorit di Tanah Datar. Inilah salah satu obyek wisata dari banyak obyek wisata sejarah dan budaya tempat asal dan pusat kebudayaan Minangkabau di Ranah Minang. Di daerah tempat Istana Pagaruyung terletak.

Untuk memastikan ada-tidaknya acara Pacu Jawi, cari informasi dulu ke Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Tanah Datar. Biasanya hampir tiap bulan setiap akhir pekan ada acara Pacu Jawi yang tempatnya berpindah-pindah. Nonton acara ini tidak dipungut bayaran.

0 comments:

Post a Comment

Random Post